Senin, 03 Oktober 2011

Tafsiran I Yohanes 5:13-21


 TAFSIR I YOHANES 5:13-21

1Jo 5:13  Ταῦτα γραψα ὑμῖν τοῖς πιστούουσιν εἰς τὸ νομα τοῦ υἱοῦ τοῦ Θεοῦ, να εἰδῆτε τι ζωὴν χετε αἰώνιον, καὶ να πιστεύητε εἰς τὸ νομα τοῦ υἱοῦ τοῦ Θεοῦ.
1Jo 5:14  καὶ ατη ἐστὶν ἡ παρρησία ν χομεν πρὸς αὐτόν, τι ἐάν τι αἰτώμεθα κατὰ τὸ θέλημα αὐτοῦ, ἀκούει ἡμῶν.
1Jo 5:15  καὶ ἐὰν οδαμεν τι ἀκούει ἡμῶν ἐὰν αἰτώμεθα, οδαμεν τι χομεν τὰ αἰτήματα ᾐτήκαμεν παρ᾿ αὐτοῦ.
1Jo 5:16  ᾿Εάν τις δῃ τὸν ἀδελφὸν αὐτοῦ ἁμαρτάνοντα ἁμαρτίαν μὴ πρὸς θάνατον, αἰτήσει, καὶ δώσει αὐτῷ ζωήν, τοῖς ἁμαρτάνουσι μὴ πρὸς θάνατον. στιν ἁμαρτία πρὸς θάνατον· οὐ περὶ ἐκείνης λέγω να ἐρωτήσῃ.
1Jo 5:17  πᾶσα ἀδικία ἁμαρτία ἐστίν· καὶ στιν ἁμαρτία οὐ πρὸς θάνατον.
1Jo 5:18  Οδαμεν τι πᾶς ὁ γεγεννημένος ἐκ τοῦ Θεοῦ οὐχ ἁμαρτάνει, ἀλλ᾿ ὁ γεννηθεὶς ἐκ τοῦ Θεοῦ τηρεῖ αὐτόν, καὶ ὁ πονηρὸς οὐχ πτεται αὐτοῦ.
1Jo 5:19  οδαμεν τι ἐκ τοῦ Θεοῦ ἐσμεν, καὶ ὁ κόσμος λος ἐν τῷ πονηρῷ κεῖται.
1Jo 5:20  οδαμεν δὲ τι ὁ υἱὸς τοῦ Θεοῦ κει καὶ δέδωκεν ἡμῖν διάνοιαν να γινώσκωμεν τὸν ἀληθινόν· καὶ ἐσμὲν ἐν τῷ ἀληθινῷ, ἐν τῷ υἱῷ αὐτοῦ ᾿Ιησοῦ Χριστῷ. οτός ἐστιν ὁ ἀληθινὸς Θεὸς καὶ ζωὴ αἰώνιος.
1Jo 5:21  Τεκνία, φυλάξατε ἑαυτοὺς ἀπὸ τῶν εἰδώλων· ἀμήν.


Pertanyaan penelitian
1.      Apakah yang dimaksud oleh Yohanes dengan hidup kekal?
2.      Apakah yang menjadi kehendak Tuhan yang dimaksudkan oleh Yohanes?
3.      Apakah yang dimaksudkan dengan dosa yang tidak mendatangkan maut?
4.      Apakah yang dimaksudkan oleh Yohanes dengan seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat?
Analisis
Surat Yohanes yang pertama ini dibuka dengan satu ringkasan, “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman Hidup” (I Yoh 1:1), menjadi dasar dari penerapan kebenarannya. Tujuan dari surat Yohanes yang pertama ini telah dinyatakan dengan sangat jelas di perikop ini, yaitu “Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal. Hal tersebut membawa pembaca surat ini selangkah lebih maju dari apa yang dikatakan dalam Injil, “tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya”. Injil Yohanes dibangun untuk membangun iman, sedangkan surat Yohanes yang pertama ini ditulis untuk memberikan kepastian[1]. Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) memisahkan kesembilan ayat ini dalam satu perikop yang berdiri sendiri. Perikop ini dimulai dengan kata Ταῦτα (Tauta), kata tersebut memiliki arti these things (hal-hal tersebut), hal ini memiliki pengertian bahwa ayat-ayat dalam perikop ini merupakan sebuah konklusi atau kesimpulan dari ayat-ayat sebelumnya, atau bahkan keseluruhan dari isi surat ini. Diyakini ketiga surat Yohanes ini memiliki kesamaan waktu dalam penulisan dengan injil Yohanes. Hal ini memungkinkan bahwa kesimpulan yang dinyatakan oleh Rasul Yohanes itu juga memiliki keterkaitan dengan injil yang ia tulis, sebab apa yang ia simpulkan dalam ayat ini juga merupakan tema dari injil yang ia tuliskan, yaitu mengenai hidup kekal. Rasul Yohanes mencoba untuk memberikan keyakinan kepada mereka yang telah percaya kepada Yesus, yang adalah Anak Allah bahwa mereka memiliki telah memiliki hidup yang kekal. Semua hal-hal tersebut telah ia tulis kepada mereka. Dalam bahasa Yunani, kata ‘kutuliskan’ menggunakan kata εγραψα (egrapsa), kata ini menggunakan case First Aorist Active Indicative, yang menunjukkan kegiatan yang telah selesai dilakukan (punctiliar/complete action)[2]. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Yohanes mencoba untuk menunjukkan kepada pembacanya bahwa apa yang ia tulis dalam ayat ini merupakan kesimpulan dari apa yang ia tulis dalam ayat-ayat sebelumnya. Apa yang telah Yohanes tulis pada ayat-ayat sebelumnya sengaja ia tuliskan kepada orang-orang yang percaya kepada nama Anak Allah. Kata ‘percaya’ dalam bahasa Yunani menggunakan kata πιστευουσιν (pisteuusin), kata ini menggunakan case Present Active Participle (imperfect tense), yang menunjukkan kegiatan yang sedang berlangsung[3]. Jika demikian, maka dapat diterjemahkan ‘supaya kamu yang dari dulu sampai sekarang percaya kepada nama Anak Allah. Kepercayaan yang dimilki oleh para pembaca surat ini salah satunya disebabkan oleh Injil yang ditulis juga oleh Yohanes. Sebab dalam injil yang ia tulis, Yohanes beberapa kali menekankan tentang kehidupan yang akan dimiliki oleh orang-orang yang percaya kepada Yesus, yang adalah Anak Allah. Beberapa ayat yang menunjukkan bahwa Yohanes menekankan tentang kehidupan kekal yang akan diterima oleh orang-orang yang percaya kepada Yesus antara lain Yoh 1:4, 3:16, 10:10, 10:28, 14:6, dsb. Setidaknya kata ‘hidup’ dituliskan sebanyak 35 kali dalam injil Yohanes, dan kata ‘memiliki hidup’ dituliskan sebanyak 15 kali. Hal ini menunjukkan bahwa dalam injil yang ia tulis, Yohanes sangat menekankan tentang kehidupan kekal. Dalam suratnya ini, ia tidak lagi menekankan tentang kehidupan yang kekal, tetapi seperti telah disebutkan di atas, bahwa dalam suratnya ini, Yohanes mencoba untuk memberikan kepastian kepada mereka yang percaya dalam nama Yesus dan bahwa mereka telah memiliki hidup yang kekal. Kata ‘memiliki’ dalam bahasa Yunani menggunakan kata εχει (ekhei) ditulis dengan menggunakan case Present Active Indicative, yang menunjukkan kegiatan yang sedang terjadi sekarang[4]. Keterangan tersebut menyatakan bahwa kehidupan kekal  yang dimiliki oleh orang yang percaya kepada Anak Allah bukanlah hanya sekedar kehidupan kekal di masa yang akan datang, tetapi justru kehidupan tersebut tengah dialami ketika mereka percaya kepada Anak Allah, yaitu Yesus Kristus. Kata ‘hidup’ dalam bahasa Yunani menggunakan kata ζωὴν  (zoe), kata ini memiliki makna hidup yang nyata dan sejati dimana kehidupan tersebut dipersembahkan kepada Tuhan[5]. Sementara kata ‘kekal’ dalam bahasa Yunani menggunakan kata  αἰώνιον (aionios), kata ini memiliki pengertian tanpa awal dan tanpa akhir[6]. Jadi apabila dapat disimpulkan, maka kata ‘hidup kekal’ yang dimaksudkan oleh Yohanes yang akan dimiliki oleh setiap orang yang percaya kepada Yesus adalah kehidupan sejati yang dipersembahkan sepenuhnya kepada Tuhan.
            Kemudian, rasul Yohanes melanjutkan surat yang ia tulis itu dengan sebuah pernyataan ‘dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya’. Dalam bahasa Yunani, kata ‘keberanian percaya’ yang terdapat dalam Alkitab TB LAI menggunakan kata παῤῥησία (parresia), menurut Thayer kata ini dapat diterjemahan dengan ‘freedom in speaking’ (kebebabasan berbicara)[7]. Rasul Yohanes menyatakan kepada pembacanya yang percaya kepada Yesus bahwa mereka memiliki akses langsung kepada Tuhan, dimana mereka dapat bebas untuk berbicara kepada Tuhan. Dalam Alkitab terjemahan King James Version, kata-kata Yohanes ini memiliki tambahan kata ‘have’, dalam bahasa Yunani, kata ini ditulis dengan bentuk Present Active Indicative (εχομεν), yaitu memiliki fungsi menunjukkan kegiatan yang sedang terjadi sekarang[8]. Jika demikian, maka kalimat Yohanes tersebut dapat diterjemahkan ‘dan inilah kebebasan kita untuk berbicara kepadaNya yang kita miliki sekarang’. Kebebasan bebicara yang dimiliki oleh orang yang percaya kepada Anak Allah, yaitu Yesus Kristus adalah bahwa apapun juga yang kita minta kepadaNya yang mengacu pada kehendakNya pasti akan Ia kabulkan. Dalam bahasa Yunani, kata ‘mengabulkan’ ditulis dengan bentuk ἀκούει (akuei), kata ini ditulis dengan case Present Active Indicative yang dapat diterjemahkan mendengar[9]. Jadi yaxfng ditulis oleh rasul Yohanes lebih merujuk pada Tuhan mendengar doa orang-orang yang percaya kepadaNya, bukan mengabulkan doa mereka. Dan kata ‘kehendakNya’ dalam bahasa Yunani menggunakan kata θελημα (Thelema), menurut strong kata ini memiliki pengertian yaitu sebuah ketetapan hati dan kebulatan tekad[10], bila menengok dalam injil yang ia tuliskan, maka  kita akan menemukan bahwa Yohanes menuliskan apa yang menjadi kehendak Allah, “yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman” (Yoh 6:40). Inilah yang menjadi kehendak Bapa yang akan Ia dengarkan apabila kita berdoa dan meminta kepada-Nya, yaitu kehidupan yang kekal yang akan diberikan kepada mereka yang percaya kepada Anak Allah, yaitu Yesus Kristus. Kata ‘hidup kekal’ yang terdapat dalam Yohanes 6:40 juga memiliki kesamaan dengan kata ‘hidup kekal’ yang terdapat dalam I Yoh 5:13[11], hal ini menunjukkan bahwa kedua ayat ini memiliki keterkaitan satu dengan yang lain, yaitu kehidupan kekal merupakan kerinduan, bahkan ketetapan hati dan kebulatan tekad Allah bagi mereka yang percaya kepada Anak-Nya.
            Setelah menuliskan bahwa Allah mendengarkan apa saja yang kita minta kepadaNya jika sesuai dengan kehendakNya, yaitu kehidupan kekal kepada setiap orang yang percaya kepada Anak-Nya, yaitu Yesus Kristus akan didengarkan olehNya, kemudian Rasul Yohanes melanjutkan suratnya dengan menegaskan kembali mengenai apa yang ia tulis dalam ayat sebelumnya. Yohanes kemudian menuliskan bahwa jika kita tahu bahwa Tuhan mendengarkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu bahwa bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepadaNya. Kata ‘tahu’ dalam ayat ke-15 ini menggunakan kata οιδαμεν (oidamen), kata ini menggunakan case Perfect Active Indicative, yang menunjukkan kegiatan yang telah selesai dilakukan pada waktu yang lampau, tetapi hasil kegiatannya masih berlangsung sampai saat ini[12]. Hal ini menunjukkan bahwa pembaca surat Yohanes ini telah mengetahui bahwa Allah mengabulkan apa saja yang mereka minta, dan hal tersebut masih mereka ketahui sampai saat mereka mendapatkan surat Yohanes itu. Yohanes kemudian menegaskan bahwa Tuhan tidak hanya sekedar mendengarkan apa yang mereka doakan, tetapi terlebih dari itu mereka harus mengetahui bahwa sesungguhnya mereka telah menerima apa yang mereka minta kepada Allah. Dalam bahasa Yunani, kata ‘memperoleh’ menggunakan εχομεν (ekhomen) menggunakan case Present Active Indicative, yang menunjukkan kegiatan yang sedang terjadi sekarang[13]. Salah satu definisi Thayer tentang arti kata ini ialah memiliki di tangan[14]. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang mereka minta telah mereka miliki di tangan mereka sendiri, atau juga dapat diseimpulkan bahwa pengabulan doa terhadap permintaan mereka kepada Tuhan sesungguhnya telah terjadi ketika mereka meminta kepada Tuhan. Tetapi yang harus diingat ialah bahwa pengabulan doa yang Tuhan berikan kepada mereka ialah apabila mereka berdoa sesuai dengan kehendak Tuhan.
            Selanjutnya, rasul Yohanes menambahkan dalam suratnya jikalau ada yang melihat saudaranya melakukan dosa, maka ia harus berdoa kepada Tuhan agar Tuhan memberikan kehidupan kepada mereka. Dalam bahasa Yunani, kata ‘melihat’ menggunakan kata ιδη (ide), kata ini menggunakan case Second Aorist Active Subjuntive, yang menunjukkan kegiatan yang terjadi terus menerus[15]. Menurut Thayer kata ιδη (ide) dapat diterjemahkan tidak hanya sekedar melihat, tetapi menjadi kenal karena pengalaman[16]. Hal tersebut menunjukkan bahwa dosa yang dilakukan oleh salah seorang saudara dari penerima surat Yohanes itu sudah dilakukan berkali-kali. Yohanes kemudian menjelaskan dosa yang dilakukan tersebut adalah dosa yang tidak mendatangkan maut. Hal ini sepertinya bertolak belakang dengan apa yang dituliskan oleh Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma yang tertulis di Roma 6:23a (Sebab upah dosa ialah maut). Menurut Henry, yang dimaksud dengan dosa yang tidak mendatangkan maut adalah dosa yang dihakimi di konstitusi manusia[17], Rasul Yohanes menasihatkan kepada para pembaca suratnya agar mereka mendoakan mereka kepada Allah. Hal tersebut diperintahkan oleh Yohanes untuk dilakukan oleh pembaca suratnya dengan tujuan agar orang yang berulang kali melakukan dosa itu mendapatkan hidup kekal dari Allah. Hal ini ia tuliskan, sebab dalam ayat sebelumnya Yohanes menuliskan bahwa apabila mereka meminta sesuatu sesuai dengan kehendak Allah, yaitu kehidupan kekal bagi mereka  yang percaya kepada Yesus yang adalah Anak Allah maka Allah pasti akan mendengarkan doa tersebut, dalam terjemahan LAI dituliskan bahwa Tuhan akan mengabulkan doa kita tersebut. Oleh sebab itu, Rasul Yohanes memerintahkan mereka untuk mendoakan saudara mereka yang berdosa itu, agar mereka juga menerima kehidupan kekal dari Allah. Selain itu, Yohanes juga menuliskan bahwa ada dosa yang mendatangkan maut. Pernyataannya ini agaknya mengacu pada apa yang ia tulis dalam Yohanes 3:14, dimana Yohanes menuliskan bahwa jikalau kita tidak mengasihi, maka kita tetap berada di dalam maut. Kata ‘maut’ dlam I Yoh 5:16 ini menggunakan kata θανατον (tanaton), menurut Thayer kata ini dapat diterjemahkan sebagai kematian secara jasmani, dan dilanjutkan dengan kesengsaraan di neraka[18]. Bila menengok ke dalam injil yang ia tulis, Yohanes beberapa kali mencatat bahwa orang yang mendapatkan maut adalah orang yang tidak menuruti apa yang menjadi perintah Tuhan (Yoh 5:24, 8:51), dan dalam suratnya yang pertama ini, Yohanes menuliskan apa yang menjadi perintah Allah, yaitu mengasihi saudara (I Yoh 4:21). Jadi telah nyata, apa yang dimaksudkan oleh Yohanes dengan dosa yang mendatangkan maut ialah apabila kita tidak mengasihi sesama kita, maka kita akan menerima maut, yang jika didefinisikan oleh Thayer adalah kematian tubuh dan disertai dengan kesengsaraan yang akan terjadi di neraka. Rasul Yohanes menyatakan bahwa tentang dosa yang mendatangkan maut, mereka tidak diharuskan untuk berdoa. Hal ini disebabkan karena setiap orang yang tidak mengasihi sesama adalah orang yang tidak mengenal Allah (I Yoh 4:8), dan orang yang tidak mengenal Allah tidak percaya kepada Allah, dan orang yang tidak percaya kepada Allah tidak akan memiliki hidup.
            Selanjutnya, rasul Yohanes menambahkan bahwa setiap orang yang lahir dari Allah tidak berbuat dosa. Dalam bahasa Yunani, kata ‘lahir’ menggunakan kata γεγεννημενος (gegennemenos), kata ini ditulis dengan case Perfect Passive Participle, yang menunjukkan kegiatan yang telah selesai dilakukan pada waktu yang lampau, tetapi hasil kegiatannya masih berlangsung sampai saat ini. Menurut Thayer, salah satu mkana dari kata ini ialah Allah mengangkat manusia sebagai anakNya, melalui iman kepada Yesus Kristus[19]. Bila diperhatikan, kata ini menggunakan voice passive, yang memiliki arti bahwa subjek dikenakan kegiatan. Jadi dapat disimpulkan bahwa setiap orang yang telah diangkat menjadi anak Allah melalui iman dalam Yesus Kristus yang telah terjadi dari masa lampau sampai saat ini tidak berbuat dosa. Dalam bahasa Yunani, kata ‘berdosa’ menggunakan kata αμαρτανει (hamartanei), salah satu definisi Thayer tentang arti kata ini ialah kehilangan tanda. Dalam I Yoh 3:10, rasul Yohanes menuliskan tentang tanda anak-anak Allah, yaitu bahwa anak-anak Allah berbuat kebenaran dan juga mengasihi saudaranya. Jadi, rasul Yohanes mencoba untuk menyatakan dalam suratnya bahwa setiap orang yang telah diangkat menjadi anak Allah pasti hidup dalam kebenaran dan mengasihi saudaranya. Melanjutkan perkataannya yang ia tulis itu, rasul Yohanes kemudian membuat sebuah perbandingan dengan kalimat sebelumnya ia tulis, rasul Yohanes menuliskan bahwa Dia yang lahir dari Allah melindunginya. Bila melihat ke dalam bahasa Yunani, maka kita akan menemukan bahwa ada perbedaan dengan apa yang terdapat dalam Alkitab terjemahan LAI. Dalam Alkitab berbahasa Yunani, tidak ada kata yang ‘Dia’ yang mengacu pada pribadi Kristus, tetapi justru kata ‘dia’ itu mengacu pada kalimat sebelumnya, sebab dalam bahasa Yunani, kalimat tersebut ditulis dengan formula  o` gennhqei.j evk tou/ qeou/ threi/ auvto.n (ho genneteis ek tu terei auton), yang dapat diterjemahkan dia yang lahir dari Allah melindungi dirinya sendiri. Penekanan kalimat tersebut terdapat dalam kalimat threi/ auvto.n (terei auton= melindungi dirinya sendiri), hal ini menunjukkan bahwa apa yang dimaksud oleh rasul Yohanes dengan kata o` (ho) itu mengacu pada apa yang ia katakan pada kalimat sebelumnya, yaitu pribadi manusia yang telah diangkat menjadi anak Allah, bukan pribadi Yesus, meskipun sebelumnya Yohanes juga menyebut Yesus sebagai Anak Allah. Tetapi agaknya hal tersebut kurang tepat penempatannya apabila kata o` (ho) itu diterjemahkan pribadi Yesus, seperti yang terdapat dalam Alkitab terjemahan LAI. Dalam bahasa Yunani, kata ‘melindungi’ menggunakan kata threi/ (terei) , strong mendefinisikan bahwa kata ini memiliki kesamaan dengan benteng atau sebarisan penuh aparatur militer[20]. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang yang telah diangkat menjadi anak-anak Allah harus memiliki upaya sungguh-sungguh yang keluar dari dalam diri mereka sendiri untuk melindungi dirinya sendiri agar mereka tidak berdosa, hal tersebut akan membuat iblis, yang dalam istilah Yohanes menyebutnya dengan ponhro.j (poneros),yang juga dapat diartikan pembawa bencana, penyakit, dsb tidak dapat menjamahnya.  Dalam bahasa Yunani, kata ‘menjamah’ menggunakan kata a[ptetai (aptetai), salah satu definisi yang diberikan oleh Thayer untuk menjelaskan makna kata ini ialah bahwa ia mendefinisikan kata ini dengan arti melekat[21]. Jadi rasul Yohanes coba menjelaskan kepada pembaca suratnya bahwa orang-orang yang telah diangkat menjadi anak Allah, mereka harus melindungi atau membentengi dirinya sendiri agar tidak berdosa, dan hal tersebut akan membuat iblis tidak dapat melekat pada diri orang tersebut.
            Kemudian rasul Yohanes melanjutkan suratnya dengan menyatakan bahwa mereka berasal (ia dan pembaca suratnya) dari Allah. Dalam bahasa Yunani, kata ‘berasal’ menggunakan kata εκ (ek), kata ini merupakan sebuah preposisi, dan Strong mendefinisikan kata ini dengan arti merujuk berasal dari sesuatu yang asli[22]. Jadi rasul Yohanes ingin meyakinkan bahwa ia dan para pembaca suratnya adalah orang-orang yang memang sungguh-sungguh berasal dari Allah. Sedangkan seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat. Dalam bahasa Yunani, kalimat ‘di bawah kuasa si jahat’ menggunakan kalimat  evn tw/| ponhrw/| kei/tai (en to ponero keitai), Thayer menerjemahkan kalimat ini dengan arti berada di bawah kebohongan iblis. Jadi rasul Yohanes coba menjelaskan kepada para pembacanya bahwa seluruh dunia tengah berada di bawah kebohongan iblis. Hal ini senada dengan apa yang terdapat dalam injil yang juga ditulis oleh Yohanes, dimana Yohanes menyatakan dalam injil yang ia tulis bahwa Iblis adalah bapa segala pendusta (Yoh 8:44).
            Selanjutnya, rasul Yohanes kemudian membuat sebuah kalimat perbandingan yang coba untuk membuat sebuah pertentangan dari kalimat sebelumnya. Ia menuliskan bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan kepada mereka pengertian. Kedatangan Anak Allah yang dimaksudkan oleh Yohanes adalah Inkarnasi Yesus, hal ini senada dengan apa yang tertulis dalam Yoh 1:14. Dalam bahasa Yunani, kata ‘pengertian’ menggunakan kata διανοιαν (dianoian), Thayer menerjemahkan kata tersebut sebagai pola pikir untuk membedakan antara baik dengan jahat[23]. Dan kata ‘mengenal’ menggunakan kata γινωσκωμεν (ginoskomen), kata ini menggunakan case Present Active Subjuctive, yang menunjukkan kegiatan yang terus menerus terjadi[24]. Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan Yesus berinkarnasi ke dalam dunia ini untuk memberikan pengertian kepada manusia secara terus menerus, dan pengertian tersebut membuat manusia mengenalNya yang adalah kebenaran dan mereka ada di dalam kebenaran itu. Kemudian rasul Yohanes juga kembali menekankan kepada para pembacanya bahwa di dalam Anak Allah yang adalah Yesus Kristus itu ada kehidupan yang kekal.
            Mengakhiri suratnya yang pertama ini, rasul Yohanes memberikan sebuah nasihat kepada para pembaca suratnya, yang ia panggil dengan sebutan ‘anak-anakku’ dalam bahasa Yunani, panggilan tersebut menggunakan kata τεκνια (teknia), Thayer menuliskan bahwa dalam Perjanjian Baru, istilah tersebut biasa digunakan sebagai panggilan dari guru kepada murid-muridnya[25]. Jadi, kata ‘anak-anakkku’ agaknya bukan merujuk pada anak Yohanes secara biologis, tetapi lebih merujuk pada murid-muridnya yang menjadi alamat penulisan suratnya yang pertama ini.  Rasul Yohanes menasihatkan mereka agar mereka waspada terhadap segala berhala. Dalam bahasa Yunani, kata ‘waspada’ menggunakan kata φυλαξατε (pulazate), kata ini dapat diterjemahkan dengan menjaga. Jadi rasul Yohanes menasihatkan para murid-muridnya untuk menjaga diri mereka dari penyembahan kepada berhala.

Sintesis
            Setelah menganalisis kesembilan ayat di atas, selanjutnya pada bagian ini akan diberikan sintesisnya. Melalui kesembilan ayat di atas, rasul Yohanes memberitakan tentang kehidupan yang kekal akan diberikan kepada setiap orang yang percaya kepada Anak Allah, Yesus Kristus. Dan kehidupan kekal yang telah dimiliki oleh orang yang percaya kepada Yesus juga harus dibagikan kepada orang lain yang masih hidup dalam dosa. Setiap orang yang percaya kepada Yesus harus melindungi dirinya sendiri agar kuasa si jahat tidak melekat kepadanya.

Jawaban atas pertanyaan penelitian
Menjawab pertanyaan penelitian pertama, apa yang dimaksud oleh Yohanes dengan hidup kekal. Hidup kekal yang dimaksudkan oleh Yohanes tidak hanya terbatas pada kehidupan di masa yang akan datang yang tidak memiliki batas waktu, tetapi yang dimaksudkan oleh Yohanes ialah kehidupan yang diabdikan sepenuhnya untuk kepentingan Tuhan.
Jawaban atas pertanyaan kedua ialah apa yang dimaksudkan dengan kehendak Allah. Yang dimaksudkan dengan kehendak Allah adalah bahwa orang-orang dapat mengenal Anak Allah, yaitu Yesus Kristus sehingga ketika mereka mengenal Yesus mereka dapat percaya kepadaNya, dan mereka akan mendapat kehidupan yang kekal.
Jawaban atas pertanyaan ketiga ialah apa yang dimaksudkan dengan dosa yang tidak mendatangkan maut. Dosa yang tidak mendatangkan maut adalah dosa yang diadili di hadapan konstitusi manusia.
Jawaban atas pertanyaan keempat adalah yang dimaksudkan oleh Yohanes dengan seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat adalah bahwa dunia tengah berada dalam kebohongan yang dilakukan oleh Iblis. Iblis yang adalah bapa segala pendusta menipu manusia sehingga manusia tidak mengenal Yesus yang adalah Anak Allah, sehingga mereka tidak memiliki kehidupan yang kekal.

Refleksi
            Merupakan sebuah hal yang menarik untuk menggali kebenaran firman Tuhan dari I Yoh 5:13-21. Dan apa yang ditulis dalam perikop tersebut masih memiliki relevansi dengan dunia modern saat ini.
            Kita sebagai orang-orang yang telah percaya kepada Anak Allah telah memiliki kehidupan yang kekal, tetapi tidak hanya berhenti disana. Kita yang telah memililiki kehidupan yang kekal itu harus melindingi diri kita sendiri, sehingga iblis tidak dapat melekat dalam kehidupan kita. Selain itu kita juga harus mendoakan orang lain yang melakukan dosa, sehingga mereka juga dapat mengenal Anak Allah, dan mereka juga dapat memiliki kehidupan yang kekal yang diberikan oleh Yesus.


[1] Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, hlm 463
[2] Stephano Ambessa, Diktat Bahasa Yunani (Jakarta: Departemen Pendidikan BPH GBI, 2006), 18
[3] Ibid, 14
[4] Ibid, 5
[5] E-sword, Thayer G2222
[6] Ibid, G166
[7] Ibid, G3954
[8] Ambessa, 5
[9] E-Sword, Strong G191
[10] Ibid, G2307
[11] Ibid, KJC 2307
[12] Ambessa, 31
[13] Ibid, 5
[14] E-sword, Thayer G2192
[15] Ambessa, 34
[16] E-sword, Thayer G3708
[17] E-Sword, Henry’s Commentary I John 5:14-17
[18] Ibid, Thayer G2288
[19] Ibid, G1080
[20] Ibid, Strong G5083
[21] Ibid, Thayer G680
[22] Ibid, Strong G1537
[23] Ibid, Thayer G1271
[24] Ambessa, 34
[25] E-sword, Thayer G5040

Tidak ada komentar:

Posting Komentar