Jumat, 28 Oktober 2011

Salib, Penderitaan, dan Kematian Yesus


Pendahuluan
Adalah penting sekali bagi Kristus untuk mati, sebab memang tujuan kedatanganNya ke dunia adalah untuk mati bagi dosa umat manusia. ia tidak datang untuk menunjukkan kepada manusia sebuah contoh yang indah tentang suatu kehidupan yang penuh dengan kasih dan kebaikan sehingga yang mengikutiNya akan masuk surga. Tetapi lebih dari itu, Ia datang untuk mati; Ia juga datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyk orang (Mat 20:28). Kematian Kristus dilakukan secara sukarela, Ia menyerahkan diri-Nya sebagai persembahan kepada Allah.[1]

Salib, Penderitaan, dan Kematian Yesus
Kematian Yesus sebanyak +/- 170 Kali disebutkan dalam perjanjian baru. Ini cukup menyatakan betapa pentingnya kematian Tuhan Yesus, karena melalui kematian Yesus, karya penebusan dosa digenapiNya, dan agama kristen menjadi agama yang utama serta menjadi agama penebusan satiu-satunya. Jikalau Kristus tidak mati, maka problema dosa kita tidak akan ada penyelesaiannya untuk selamanya. Ia sepatutnya tidak mati namun Ia akhirnya mati. Dan Ia mati bukan untuk diriNya, Ia yang sempurna dan kudus adanya, telah menjadi dosa demi menebus kita untuk keluar dari dosa.
Lewat karyaNya di atas kayu salib, Kristus telah menjadi penebus bagi kita (Mat 20:28;I Pet 1:18-19; I Tim 2:6, dsb). Dalam imamat 25:47-49, jelas dinyatalan tentang penebusan, yaitu suatu harga yang dibayar demi menyelamatkan atau melepaskan suatu benda atau seseorang. “membeli kembali” suatu benda atau manusia yang selama-lamanya akan diambil untuk dijadikan budak; harga yang dibayar disebut tebusan. Yesus melepaskan kita dari belenggu dosa, supaya kita yang terbelenggu ini mendapat kebebasan sejati. Tebusan Kristus menggenapi 4 misi, yaitu :
1. Misi penebusan. Dengan nyawa-Nya sendiri sebagai tebusan, sehingga orang berdosa terlepas dari belenggu dosa serta kembali kepada Allah (Rom 3:24; II Kor 1:30; Kol 1:13-14). Kristus membebaskan kita dari beberapa hal khusus, antara lain :
a. Kristus membebaskan kita dari kutuk hukum Taurat (Gal 3:13). Kematian Kristus tidak membebaskan kita dari kewajiban untuk mematuhi hukum Allah, tetapi apa yang dilakukan oleh Kristus adalah mengambil kutukan hukum Taurat agar kita bisa terbebas dari penghukuman dan kematian. Setiap orang yang melanggar hukum Allah berada di abwah kutuk, kutuk yang ada pada kita semua ditimpakan kepada Kristus. Kristus menanggung kutuk untuk pengganti kita sehingga kematian-Nya membebaskan orang yang percaya kepadaNya dari kematian.
b. Kristus membebaskan kita dari perlunya memelihara hukum Taurat untuk keselamatan. Hukum Taurat berisi tuntutan Allah tentang moral, namun tidak ada seorangpun yang dapat secara sempurna memenuhi hukum tersebut. Karena itu, keselamatan tidak terdapat dalam pemenuhan tuntutan hukum Taurat.oleh sebab itu Kristus datang ke dunia untuk menghapus tuntutan itu.
c. Kristus menebus kita dari kesalahan dan kuasa dosa. Alkitab menyatakan bahwa kita harus mempertanggungjawabkan perbuatan kita, tetapi karya yang dikerjakan oleh Yesus telah membuat kita yang beriman kepadaNya mendapat pembenaran di ahadapan Allah.
d.Kristus akan menebus kita seutuhnya dari akibat kejatuhan. Kristus memberanikan diri-Nya untuk menebus kita dari seluruh konsekwensi dosa. Tindakan kristus itu meliputi penebusan tubuh kita(Rom 8:23). Jadi kita masih menantikan hari penebusan, yang akan mengubah tubuh kita menjadi tubuh kemuliaan.[2]
2. Misi penggantianNya. Kristus mati menggantikan manusia agar orang berdosa yang telah tertebus itu dapat hidup bagiNya (II Kor 1:5-21; I Pet 3:18; Gal 2:20)
3. Misi pemulihan kembali. Kematian Yesus di atas kayu salib telah memulihkan kembali murka Allah terhadap manusia (Rom 2:25; I Yoh 2:2; Ibr 2:17)
4. Misi pendamaian. Dengan kematianNya di atas kayu salib, manusia yang sebenarnya bermusuhan dengan Allah, kini diperdamaikan kembali dengan Allah (Rom 5:11; II Kor 5:19; Kol 1:20-22)
Selain sebagai penebus, karya Yesus di atas kayu salib juga menjadikan diriNya sebagai korban pendamaian. Ia bertugas untuk menentramkan/menenangkan. Dosa manusia bersifat pribadi, dan dosa itu membuat kita terpisah dari Allah. Dosa membuat Allah menjadi murka, dan oleh sebab itu murka Allah harus ditenangkan. Murka Allah ditenangkan oleh Anak-Nya sehingga Ia dapat mengampuni dosa seisi dunia, dan membuat kita dapat kembali bersekutu denganNya[3]. Yesus adalah korban penebusan bagi dosa-dosa kita. Ia telah ditetapkan oleh Allah Bapa dengan melalui darahNya menjadi korban penebusan bagi kita. “korban penebusan” dalam kata aslinya memiliki pengertian mercy-seat/takhta anugerah atau menjadi penudung. Kain penudung tabut perjanjian disebut korban penebusan/propitiation (Kel 25:22). Sebab kematian maka Allah tidak lagi melihat orang berdosa yang bersandar pada Tuhan, atau orang yang menyesali dosanya itu, dengan kata lain : sebab kematian Kristus, Allah mengampuni mereka. Melalui korban pendamaian ini maka tuntutan keadilan Allah dipenuhi sehingga Ia mengampuni orang-orang yang bergelimang dalam dosa (Ibr 9:15). Kristus adalah korban pendamai (I Yoh 2:2). Kematian Yesus telah menggenapi tuntutan dari keadilan Allah dan mengharmonisasikan keadilan Allah dengan orang yang berdosa. Dengan kata lain korban pendamaian Kristus adalah dengan keadilan Allah memulihkan kembali murka Allah yang akan ditujukan terhadap dosa manusia.
Karya keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus di atas kayu salib juga merupakan inisiatifNya untuk menjadi subsitusi kita. Dalam I Kor 5:7 dengan jelas dinyatakan bahwa Kristus adalah domba Paskah. Adlah sama dengan catatan dalam Keluaran 12, yakni Ia adalah domba paskah yang mati menggantikan anak sulung Israel. Hal ini menyatakan satu hidup menggantikan hidup yang lain untuk mati. Karya ini dilakukan oleh Yesus tanpa perasaan terpaksa, melainkan dengan sukarela (Yoh 10:17-18). Ide substitusi ini menunjukkan pada status kematian Kristus saja, dalam Matius 20:28, Kristus sendiri bersabda bahwa kedatanganNya ke dunia ini adalah untuk memberikan nyawaNya bagi manusia. Alasan mengapa Yesus mau menjadi ganti bagi kematian kita hanya didasarkan pada kasih Allah (Yoh 3:16; Rom 5:8). Kematian Yesus membuat kasih Allah dinyatakan secara sempurna kepada manusia[4].
Kristus Yesus datang ke dunia ini untuk mati. Sebelum waktu kematian-Nya datang, Ia telah mempersiapkan para murid-Nya terlebih dahulu, sebab Yesus tahu bahwa kematianNya akan datang, dan lewat perkataanNya sendiri sesungguhnya Ia sudah tahu bahwa Ia harus mati di atas kayu salib (Lukas 9:31,51; Yoh 10:17,18;Mat 26:2). Kematian Yesus ditujukan kepada dosa-dosa kita (I Kor 15:3), dan ini merupakan inti dari pelayanan Kristus di dunia ini. Dari penjelasan yang diperoleh dari dalam Alkitab, maka kita akan menemukan bahwa kematian Kristus berbeda dengan kematian orang lain di bumi ini. Yesus mati dengan cara yang sangat sadis dan kejam, sebab penyaliban adalah cara pembunuhan yang sangat kejam pada masa itu. Ada begitu banyak orang yang telah disedalib sebelum Yesus disalib, namun dalam penyaliban yang dialami oleh Yesus, ada begitu banyak peristiwa yang terjadi, seperti kegelapan yang meliputi seluruh bumi, gempa bumi yang dahsyat, terbelahnya tirai Bait Allah, terbongkarnya kubur-kubur orang benar. Semua hal ini membuat kepala pasukan yang menyalib Yesus berkata :”Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah” (Mat 27:54). Setidaknya ada dua alasan mengapa kematian Kristus dianggap penting, yaitu :
1. Allah bertindak dalam dan melalui Kristus. Seperti diketahui bahwa Yesus adalah Allah sepenuhnya dan manusia sepenuhnya (Kol 2:9), dengan demikian Ia mewakili allah dan manusia, serta juga menjadi perantara bagi Allah dan manusia. Lewat kelahiranNya ke dalam dunia ini, Allah datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa-dosa mereka. Dan lewat seluruh kehidupan dan pekerjaan yang Yesus lakukan di dunia ini bertujuan untuk menjangkau seluruh umat yang berdosa.
2. Salib Kristus adalah tindakan pendamaian. Di atas kayu salib Kristus tidak hanya sekedar menderita, tetapi lebih daripada itu, karyaNya merupakan inisiatif Allah sendiri yang bertujuan untuk merekonsiliasi hubungan antara Allah dengan manusia. hal tersebut tidak dapat dilakukan oleh manusia, sehingga Allah sendiri yang harus melakukannya agar hubungan antara manusia dengan Allah dapat terjalin kembali.
            Meskipun tidak sepenuhnya kita dapat mengerti makna salib, namun ada banyak pernyataan dalam Perjanjian Baru mengenai makna salib. Ada beberapa istilah dan pandangan dalam Perjanjian Baru yang dipakai untuk menguraikan kematian Kristus, antara lain :
A. Salib sebagai korban kematian. Korban adalah kata terpenting dalam Perjanjian Baru untuk menunjukkan makna kematian Yesus Kristus. Dalam Perjanjan Lama memang ada juga korban yang dibuat berkaitan dengan korban syukur kepada Allah atau juga berkaitan dengan penghapusan dosa, sehingga orang yang telah berdosa dapat kembali bersekutu dengan Allah lewat darah korban.
            Dalam Perjanjian Baru, kata “darah” sendiri seringkali disangkut-pautkan dengan kematian Yesus. Rasul Petrus dalam suratnya menyatakan dalam I Pet 1:18,19 : Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,
1:19 melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.”. darah Kristus adalah darah yang sangat mahal sehingga tidak dapat ditandingi oleh emas dan perak. Perjanjian Baru menyatakan bahwa darah Kristus telah berhasil menghapuskan dosa manusia, tidak seperti darah korban dalam Perjanjian Lama yang tidak sempurna dalam menghapuskan dosa.

B. Salib sebagai kematian yang sukarela. Yesus mati di atas kayu salib bukan disebabkan karena suatu keterpaksaan, melainkan Ia dengan sukarela menjalankannya. Ia bisa saja menghindari salib, tetapi Ia telah memilih salib, sebab ketika di taman Getsemani ketika Petrus hendak menghalang-halangi para tentara yang mencoba menangkap Yesus, Yesus justru memarahinya. Kristuts mati sebagai bukan sebagai korban yang tidak dikehendaki, sebab Yesus menyatakan kepada Pilatus bahwa tidak ada yang berkuasa atas hidupNya, oleh sebab itu Ia hendak menyatakan bahwa kematian Kristus dii atas kayu salib merupakan kerelaan hati-Nya sendiri.  Selain itu, ketika berada di atas kayu salib, Kristus menolak minum anggur yang dapat mengurangi rasa sakitNya, Ia melakukan hal ini agar Ia dapat menyelesaikan tugas-Nya dengan kesadaran yang penuh.
C. Salib sebagai kemenangan menentukan. Melalui salib, Kristus tidak hanya menyelamatkan kita, tetapi juga Ia menang atas iblis, dosa, dan maut. 2 pokok kemenangan yang ada dalam salib, antara lain :
a. Kemenangan Kristus. Dalam Kej 3:15 dinubuatkan penumpasan serangan setan untuk pertama kalinya. Sejak awal pelayanan-Nya, Yesus  mulai dengan pemenuhan nubuatan ini. Setelah dibaptis dan menjalankan pelayananNya, Kerajaan Allah semakin diperluas, injil semakin diberitakan, orang sakit disembuhkan, dan roh jahat diusir. Ketika Yesus di atas kayu salib, keistus menyatakan bahwa penguasa dunia ini akan dlempar ke luar. Hal ini menunjukkan bahwa Kristus tahu bahwa di salib suatu perjuangan dengan kuasa-kuasa kegelapan akan terjadi dan kuasa kegelapan akan menderita kekalahan. Kematian Kristus juga membuat kita terbebas dari kuasa kegelapan.
b. Kemenangan orang Kristen. Kristus telah menang akan kuasa kegelapan, dan dengan kemenangan yang diperoleh oleh Kristus, Ia juga memberikan kemenangan itu kepada kita orang-orang yang percaya kepadaNya. Namun kemenangan yang diberikan Kristus kepada umat-Nya tidak serta merta membuat kita terbebas dari kuasa kegelapan. Alkitab mencatat kita harus selalu waspada akan serangan iblis[5].
Kematian Kristus di puncak golgota seringkali dikatakan sebagi inti dari injil, hal ini disebabkan karena kematianNya merupakan karya terbesar yang yang pernah dilakukan bagi manusia sejak bumi diciptakan. Sesungguhnya, apa saja alasan mengapa Yesus mau menjadi korban penebusan bagi umat manusia? beberapa alasan agaknya telah memberi jawaban mengapa Yesus rela untuk mennjadi korban penebusan bagi umat manusia, antara lain :
1. Kehendak Allah. Faktor utama yang membuat Kristus rela untuk mengorbankan nyawa-Nya demi manusia ialah semata-mata karena kerinduan Allah untuk menyelamatkan manusia yang sudah terhilang karena dosa. Memang benar bila dikatakan bahwa Kristus mau menyerahkan nyawa-Nya karena Ia mengasihi orang berdosa, tetapi pendapat seperti ini hanya akan membuat manusia menyepelekan Allah karena menuntut dan mau menerima harga yang sedemikian mahal. Pendapat seperti ini juga hanya akan membuat Kristus “mencuri” hak dan kehormatan Allah. Yang benar ialah bahwa karya penebusan dosa yang dikerjakan oleh Yesus Kristus sepenuhnya merupakan inisiatif dari Allah untuk menyelamatkan umat manusia dari cengkeraman dosa.
2. Bukan kehendak Allah yang sewenang-wenang. Kehendak Allah membuat Kristus mati di atas kayu salib, hal ini menimbulkan sebuah pertanyaan. Apakah kehendak Allah ini sewenang-wenang ataukah memang merupakan kehendak yang berakar pada natur Allah dan selaras dengan kesempurnaan Ilahi. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa kehendak Allah untuk menyelamatkan orang berdosa dengan penebusan didasarkan pada kasih dan keadilan Allah. Hanya kasih Allah saja yang dapat memungkinkan adanya jalan keluar bagi orang berdosa yang telah tersesat (Yoh 3:16).
3. Kasih dan keadilan yang digabungkan. Jika kita mengatakan bahwa korban pendamaian yang dikerjakan oleh Kristus hanya didasarkan pada keadilan Allah, maka kita akan gagal memberikan keadilan pada kasih Allah sebagai penyebab yang menggerakan penebusan itu. Sebaliknya jika kita menganggap bahwa karya penebusan Kristus sepenuhnya merupakan ungkapan kasih Allah, maka kita gagal untuk memberikan keadilan pada kebenaran dan keadilan Allah, dan kita akan mengecilkan arti penting penderitaan dan kematian Kristus.[6]
Ada beberapa pandangan non-Alkitab yang coba menanggapi tentang kematian Yesus, antara lain :
1. Teori accidental. Kelompok ini berpendapat bahwa salib di dalam kehidupan Yesus adalah sesuatu yang tidak diketahui olehNya. kematianNya di golgota bukanlah suatu rencana yang ditentukan Allah bagiNya; kematian Yesus adalah kebetulan saja, bukanlah sebuah hal yang diketahui atau suatu waktu yang ditetapkanNya, oleh sebab itu kematian Yesus adalah sama dengan sama dengan para martir. Namun teori ini dapat ditepis, sebab Alkitab berulang kali mencatat nubuat tentang kematianNya, dimana Ia sendiri rela untuk mati (Mat 16:21; mark 9:30-32), dalam Perjanjian Lama, nubuat yang paling jelas menceritakan tentang kematian Yesus adalah Yes 53, Maz 22 dan Zak 13.
2. Teori martir. Golongan ini berpendapat behwa kematian Yesus adalah sama dengan para martit, seperti John Huss, Ploycarpus, dsb.yang rela menyerahkan nyawanya demi kebenaran. Namun pendapat ini juga dapat kita tepis, sebab rasul Paulus menyatakan bahwa tidak ada seorang martir pun yang dapat menggenapi karya penebusan dosa, tetapi hanya Kristus yang dapat menggenapi karya penebusan dosa. Dan hampir setiap martir menjelang kematian mereka, secara khusus mereka menerima suatu penglihatan dari Allah.
3. Teori teladan moral. Golongan ini berpendapat bahwa kematian Yesus membenarkan konsep manusia; kematianNya merubah hati manusia, serta membantu manusia untuk berubah atau bertobat agar manusia menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Karena melihat adanya sedikit perubahan serta pertobatan itu, maka Allah mau mengampuni mereka. Namun pendapat ini tidak sepenuhnya benar, sebab kematianNya tidak menggerakan hati orang Yahudi untuk bertobat. Bukan karena moral yang dimiliki Kristus yang sudah menggerakan manusia. Jika hanya moral Kristus saja yang menggerakan hati manusia untuk bertobat, maka masalah dosa manusia tidak muungkin selesai.
Kematian Kristus merupakan hal yang sangat penting, mengapa demikian? Beberapa alasan akan menunjukkan mengapa kematian Kristus dianggap sangat penting, antara lain :
1. Kesucian Allah. Dalam Perjanjian Lama, khususnya kitab imamat mencatat tentang ketentuan-ketentuan Allah dan mengenai penyucian dan kenajisan. Kesucian semakin tampak nyata dalam kemah suci, dimana jabatan imam dan imam besar ditetapkan, dikuduskan Tuhan di atas gunung Sinai, selain itu, mereka juga harus mempersembahkan korban pada hari raya yang telah ditentukan oleh Allah. Umat yang berdosa bila ingin berhubungan dengan Allah haruslah dijembatani lewat korban persembahan, inilah yang disebut korban pendamaian. Maksudnya ialah, bila manusia ingin berhubungan dengan Allah perlu dijembatani oleh darah yang kudus, dimana mereka harus disucikan terlebih dahulu, baru dapat berhubungan dengan Allah.
2. Dosa manusia. Antara Allah yang suci dengan manusia yang berdosa dipisahkan oleh dosa, dan itu hanya dapat diselesaikan dengan korban penebusan. Kematian Kristus di atas kayu salib telah menjadi korban penebusan sehingga hubungan Allah dengan manusia dapat kembali terjalin.
3. Penggenapan nubuatan di Perjanjian Lama. Nubuat tentang penderitaan yang akan dialami oleh Mesias haruslah digenapi dalam diri Kristus, sehingga dengan demikian ini membuktikan bahwa Ia sungguh-sungguh Mesias yang dijanjikan itu.[7]
Bukan hanya kematianNya yang sangat penting, tetapi bagaimana sampai Ia mati juga tidak boleh kita lupakan. Hal ini diperlukan agar kita dapat lebih lagi menghargai nilai yang sebenarnya. Yesus mati dengan cara disalibkan. Cara ini tidak hanya kejam, tetapi juga memalukan. Hukuman dengan cara disalib adalah hukuman yang diberikan kepada penjahat, dan itu adalah hukuman yang paling buruk. Seringkali penderitaan seseorang yang tergantung di atas kayu salib sampai berhari-hari. Itu bukanlah suatu bentuk hukuman yang dilaksanakan oleh bangsa Yahudi, sebab hukum mereka tidak mengizinkan hal tersebut.
Penderitaan yang dialami oleh Yesus Kristus sangatlah berat, hal ini terbukti dari teriakanNya di atas kayu salib, yakni “Eloi, Eloi, Lama Sabakhtani” (Mat 27:46), hal ini menunjukkan keterpisahanNya dengan Allah meskipun hanya sesaat. Sebab di kayu salib, Ia dianggap berdosa, dan Allah tidak dapat melihat dosa, sebab Allah adalah kudus.
Sesungguhnya, ketika Yesus tengah tergantung di atas kayu salib, Allah Bapa juga menderita, malu, dan sakit, sebab ini merupakan pemandangan yang mengerikan bagi-Nya untuk melihat Anak yang sangat Ia kasihi berada di tempat orang yang bersalah dan menjalani hukuman yang mengerikan itu. Namun Allah tetap melakukan hal tersebut agar diri-Nya dapat diperdamaikan dengan dunia.[8]
Salib Kristus adalah sebuah sebuah pernyataan dari kasih Allah yang besar, sebab di salib itu kesempurnaan kasih itu ditunjukkan dengan diserahkannya anak-Nya yang tunggal oleh Sang Bapa sebagai kurban bagi orang yang berdosa. Salib juga telah memberikan kesaksian tentang kasih yang sempurna, yang memperlihatkan Allah yang kudus, yang bagiNya dosa itu adalah suatu kebencian dan menjijikan, tetapi yang memberikan anak-Nya yang kekasih supaya dosa dapat dihilangkan dan orang-orang yang berdosa dapat kembali  dibawa ke dalam persekutuan dengan Allah. Allah sangat mengasihi isi dunia sehingga Ia memberikan Anak-Nya dengan segala kerelaan dan secara terang-terangan kepada kematian, bahkan mencurahkan atas kepala-Nya yang diberkati cawan murka-Nya, sehingga Dia dapat memberikan kepada orang berdosa keselamatan yang penuh dan cuma-cuma.
Di atas kayu salib, semua dosa dan setiap dosa bertemu dan dijawab sepenuhnya dan selamanya (Yes 53:6). Di atas kayu salib Allah mencari semua dosa dan mencurahkan semua dosa di atas kepala Anak-Nya sendiri. Salib Kristus adalah jawaban yang sempurna dan terakhir terhadap semua hukuman yang layak untuk dosa. Di atas salib Kristus, semua dosa dihapuskan (Ibr 9:26). Pengorbanan Tuhan Yesus di atas kayu salib adalah obat yang sempurna untuk segala dosa. Semua tuntutan akan dosa diselesaikan di atas kayu salib, oleh sebab itu, maka setiap orang berdosa yang datang kepada salib dan memandang Yesus sebagai Juruselamat pribadi, maka ia akan dimerdekakan dari dosa dan dibebaskan dari hukuman dosa untuk selamanya.
Di salib, Kristus meminum cawan murka Allah atas dosa. Dalam Yesaya 53:6, dinyatakan bahwa Allah menimpakan kepada Kristus kejahatan kita semua. Hukuman atas dosa dipenuhi oleh Kristus di atas kayu salib, sehingga sekarang Allah menjamin kita bahwa tidak ada penghukuman bagi kita yang ada di dalam Kristus (Roma 1:8). Setiap orang yang percaya kepada Kristus, dibenarkan dan dibebaskan sepenuhnya dari segala kesalahan dan hukuman dosa. Tidak hanya itu, mereka juga dibenarkan dalam Kristus dan memiliki kebenaran Allah[9]
Ketika ada di atas kayu salib, setidaknya ada 7 ucapan yang dikeluarkan oleh Yesus, antara lain :
1. Ya, Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.(Luk 23:26-34). Setelah mereka memakukan Yesus pada salib dan membagi pakaian-Nya, Dia berdoa dengan hati yang penuh dengan belas kasihan terhadap para penguasa yang buta dan prajurit yang tidak berperasaan itu. Ia semata-mata lupa akan diri-Nya dan dengan penuh kemurahan dan iman Ia berdoa kepada Bapa agar mengampuni orang-orang yang telah menganiaya diri-Nya. Sesungguhnya, pengampunan adalah anugerah yang disediakan bagi sekalian manusia oleh salib-Nya.
2. Amin! Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus. (Luk 23:35-43). Matius hanya menceritakan bahwa kedua penyamun, yang tersalib dengan Dia, ikut mengolok-olok Yesus bersama-sama para imam dan ahli Taurat, tetapi Lukas mencatat perubahan luar biasa yang terjadi atas salah seorang penyamun di atas salib itu. Kata-kata yang pertama diucapkan merupakan teguran kepada kawannya (Lukas 23:40,41). Di dalam hatinya masih ada ketakutan terhadap Allah. Penolakan Tuhan untuk minum minuman yang menghilangkan rasa sakit-Nya; doa mohon pengampunan atas musuh-musuh-Nya pada saat kesengsaraan yang dahsyat, yang terjadi pada saat-saat awal penyaliban, pengakuannya bahwa Yesus tidak bersalah (Luk 23:41), semuanya itu telah meninggalkan kesan yyang dalam atas orang ini. Tergerak oleh takut akan Allah, ia menegur temannya. Kemudian imannya mencapai ketinggian yang mulia, ketika Ia berkata :”Yesus, inagtlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja”, karena bagaimana kerajaan itu bisa ada atau bagaimana dia dapat menjadi warganegaranya, bila Raja itu sendiri meninggal?
Apakah perkataan itu diucapkannya karena mengingat pengajaran Kristus yang menimbulkan iman bagi pembebasan dan kebangkitan? Siapa tahu? Yesus memberi jaminan yang terjelas untuk “hari ini” ketika bersama-sama mereka akan pergi untuk diam di Firdaus yang indah itu.
3. Wanita, inilah anakmu..inilah ibumu. (Yoh 19:23-27). Kira-kira dua jam telah berlalu, Yesus menyerahkan Marria, ibu-Nya kepada Yohanes, begitu juga sebaliknya. Dengan sangat ramah Ia menyerahkan ibu-Nya kepada pemeliharaan Yohanes, murid yang sangat dikasihiNya.
4. Eloi, Eloi, lama sabakhtani? Allah-Ku, Allah-Ku mengapa Engkau meninggalkan Aku?.(Mat 27:45-50). Selama tiga jam Yesus tergantung di atas kayu salib (12-15), kegelapan tidak hanya meliputi seluruh bumi, tetapi juga tubuh, jiwa, dan Roh Yesuspun diliputi kegelapan yangg pekat. Pada saat itu, Ia merasa ditinggalkan oleh semua orang, sebab Ia sama sekali terasing dari manusia dalam kesepian yang mencekam. Akan tetapi kemudian Ia diliputi rasa ditinggalkan Allah, kesengsaraan yang terhebat dari semua yang Ia alami.
5. Aku haus. (Yoh 19:28-29). Kata-kata ini hendak menunjukkan terulangnya pedihnya penderitaan-Nya sebagai manusia. sekarang Yesus dapat dan menyerah kepada kebutuhan jasmaniah tubuh-Nya, hal ini menunjukkan bukti tentang kemanusiaan-Nya.
6. Sudah Selesai (Yoh 19:29-30). Kata-kata ini hendak menunjukkan bahwa tugas-Nya untuk menanggung dosa seisi dunia telah Ia selesaikan. Yesus menyelesaikan tugas-Nya tanpa obat bius untuk menghilangkan rasa sakit-Nya, juga dengan kesadaran penuh.
7. Ya, Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku (Mat 27:50-61;Luk 23:44). Ucapan terakhir yang dilontarkan oleh Yesus dengan jelas menyatakan bahwa bukan kematian yang menghampiriNya, melainkan Yesus sendiri yang menghampiri kematian itu. Ia menyerahkan Roh-Nya kepada Allah. Hal ini sesuai dengan kata-kata yang pernah disampaikan oleh Yesus, yaitu bahwa:”Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku." (Yohanes 10:18)[10]










Kesimpulan
            Kematian Kristus di atas kayu salib adalah karya terbesar yang pernah dilakukan dalam sejarah manusia. Ia yang adalah Allah yang sejati rela dan mau turun dari takhta kemuliaan-Nya hanya demi manusia yang berdosa. Tubuh-Nya yang penuh dengan kemuliaan rela ia berikan untuk dicambuk, kepala-Nya yang penuh dengan rahmat rela Ia berikan untuk dipasang dengan mahkota duri, tangan-Nya yang Ia pakai untuk menjamah orang yang sakit rela Ia berikan untuk dipaku, kaki-Nya yang tidak pernah kenal lelah untuk berjalan memberitakan Injil kerajaan sorga rela Ia berikan untuk dipaku. Kitab Yesaya menyebutkan bahwa rupa-Nya sudah tidak lagi seperti manusia. sungguh penderitaan yang begitu berat untuk dibayangkan.
            Adalah suatu kejahatan yang sangat besar apabila kita tidak menghargai pengorbanan-Nya 2000 tahun yang lalu di puncak golgota. Sebab setiap luka yang ada di tubuh-Nya Ia persembahkan kepada kita, tidak hanya orang Kristen, tetapi kepada semua umat manusia di dunia. Yesus Kristus dengan sukarela menyerahkan diri-Nya untuk tercabik-cabik demi kita. Tidak ada agama lain yang tuhannya mau berkorban sedemikian rupa demi umatnya. Hanya Yesus Kristus Tuhanlah yang mau menyerahkan diri-Nya untuk menjadi korban bagi manusia. salib Kristus menunjukkan kasih Allah yang begitu nyata bagi umat manusia. salib Kristus telah membebaskan manusia dari kutuk dosa dan menganugerahkan kepada manusia kehidupan yang kekal.

Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”
Filipi 2:5-8




Daftar Pustaka

Todd, James H, Kristologi,  Malang : Gandum Mas, cet I, 2003.     
Wongso,Peter, Kristologi(doktrin tentang Kristus), Malang : SAAT, cet 4, 1998.
Berkhof, Louis,Berkhof, Teologi Sistematika 3, doktrin Kristus, Jakarta : Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1997.
Boyd, Frank M, Kristus (kehidupan dan pelayananNya), Malang : Gandum Mas, cet 2, 2001.
Arrington, French L, doktrin Kristen perspektif pentakosta,Jakarta :  Badan Pekerja Harian Sinode GBI, Cet I,  2004.



[1] Todd, James H,  Kristologi, gandum Mas, malang, cet I, hlm 9-11
[2] Arrington, French L, doktrin Kristen perspektif pentakosta, Badan Pekerja Harian Sinode GBI, Jakarta, 2004, hlm 54-57
[3] Arrington, French L, doktrin Kristen perspektif pentakosta, Badan Pekerja Harian Sinode GBI, Jakarta, 2004, hlm 58
[4] Wongso, Peter, Kristologi, doktrin tentang Kristus,SAAT, Malang, cet 4, hlm.83-92
[5] Arrington, French L, doktrin Kristen perspektif pentakosta, Badan Pekerja Harian Sinode GBI, Jakarta, 2004, hlm 48-61
[6] Berkhof, Louis, Teologi Sistematika  doktrin tentang Kristus, Lembaga Reformed Injili Indonesia, Jakarta, hlm.147-150
[7] Wongso,Peter, Kristologi doktrin tentang Kristus,SAAT, Malang, Cet 4, hlm.92-95
[8] Todd, James H,  Kristologi, gandum Mas, malang, cet I, hlm 17-18
[9] Ibid, 25-31
[10] Boyd, Frank M, Krists (kehidupan dan pelayananNya), Gandum Mas, Malang, cet 2, 2001

Tidak ada komentar:

Posting Komentar