Senin, 03 Oktober 2011

Tafsir Yeremia 33-34


Tafsir Yeremia 33-34
Pendahuluan
            Nabi Yeremia mendapat panggilan pada tahun 626 s.m. ia merupakan keturunan imam, dan merupakan seorang pribadi yang sangat peka dan penuh pertimbangan. Tugasnya sebagai nabi telah membawa penderitaan kepada dirinya sendiri, sehingga ia menutup diri, dan hampir menyebabkan ia kecewa dan putus asa. Kitab Yeremia yang kita miliki sekarang berasal dari sejumlah kumpulan bahan yang memuat dan mencerminkan sejarah terjadinya kitab itu sendiri. Bagian pertama yang penting ialah kumpulan nubuat yang sekarang terdapat dalam fasal 1-25. Fasal 26-30 dan 34-35 merupakan sebuah ‘biografi’ nabi yang berakhir dengan pesan pribadi nabi kepada teman dan juru-tulisnya yang bernama Barukh. Di dalam bagian ‘biografi’ itu ternyata telah diselipkan suatu kumpulan ucapan penghiburan bagi masa depan Israel, yang sekarang terdapat dalam fasal 31-33. Bagian ini disebut ‘kitab penghiburan’. Dan sisanya merupakan nubuatan kepada bangsa-bangsa asing[1].
Tafsir Yeremia 33
            Pasal ini diawali dengan pernyataan ‘datanglah firman TUHAN untuk kedua kalinya kepada Yeremia’. Dalam bahasa Ibrani, kata ‘datanglah’ menggunakan kata yhióy>w: (wayehi), kata ini menggunakan bentuk imperfek, hal ini menunjukkan kegiatan yang belum selesai terjadi[2]. Hal ini menunjukkan bahwa firman yang hendak disampaikan oleh Allah kepada Yeremia masih tetap ada, dan ini merupakan firmanNya yang Ia sampaikan kepada Yeremia untuk kedua kalinya. Jika melihat pada pasal-pasal sebelumnya, kita akan melihat bahwa hampir di setiap pembukaan pasal, nabi Yeremia menulis ‘firman TUHAN yang datang kepada Yeremia’, tetapi berbeda dengan pasal-pasal awal, dimana dituliskan ‘firman TUHAN datang kepadaku’, hal ini menunjukkan bahwa pasal ini tidak ditulis oleh Yeremia sendiri, tetapi ditulis oleh orang lain yang adalah juru tulisnya. Di ayat pertama dituliskan bahwa firman TUHAN datang kepada Yeremia ketika ia masih terkurung di pelataran penjagaan. Pelataran penjagaan yang dimaksud adalah tempat penahanan orang-orang Israel yang dilakukan oleh tentara Babel yang pada saat itu dipimpin oleh Nebukadnezar sebagai raja Babel di istana raja Yehuda (Yer 32:2). Nabi Yeremia menyebutkan jabatan TUHAN sebagai yang menjadikan bumi dengan membentuknya dan menegakkannya. Dalam bahasa Ibrani, kata ‘menjadikan’ menggunakan kata rcEïAy (yotser), kata ini menggunakan bentuk partisip aktif yang berfungsi untuk melukiskan keadaan[3]. Jadi nabi Yeremia mencoba untuk mengagungkan kebesaran TUHAN sebagai pencipta dan yang mempersiapkan bumi hingga selesai, ia juga menyebutkan namaNya, yaitu hw"ïhy> (adonay), nama ini merupakan nama khas Allah Israel, dimana orang Israel tidak mengetahui bagaimana cara pengucapannya. Orang Israel takut untuk mencoba menyebutkan cara pengucapan nama ini, oleh sebab itu nama ini dibaca Adonay. Dalam firman yang Ia sampaikan kepada Yeremia, TUHAN mengatakan kepada bangsa Israel untuk berseru kepadaNya. Dalam bahasa Ibrani, kata ‘berseru’ menggunakan kata ar"îq. (qera), kata ini menggunakan bentuk imperatif, yaitu bersifat memerintahkan. Hal ini menunjukkan bahwa TUHAN memerintahkan bangsa Israel untuk berseru kepadaNya. Dapat dilihat bahwa TUHAN menghendaki bangsa Israel mengandalkan kekuatanNya, sebab jika bangsa Israel berseru kepada TUHAN, Ia sendiri berjanji untuk menjawab seruan Israel dan memberitahukan kepada bangsa Israel hal-hal yang tidak mereka ketahui. Dalam bahasa Ibrani, kata ‘menjawab’ menggunakan kata &'n<+[/a,w> (we’etsenekh), kata ini menggunakan bentuk imperfek yang menunjukkan kegiatan yang belum selesai dilakukan[4]. Hal ini menunjukkan bahwa TUHAN hanya akan menjawab Israel apabila bangsa israel meu berseru kepadaNya. TUHAN menyatakan bahwa Ia bukan hanya sekedar menjawab bangsa Israel, tetapi Ia juga berjanji untuk memberitahukan hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami kepada bangsa Israel, yaitu hal-hal yang tidak diketahui oleh bangsa Israel. Dalam bahasa Ibrani, kata ‘tidak terpahami’ menggunakan kata tArßcub.W (uv’tsurot), kata ini juga memiliki makna tidak dapat dicapai. Hal ini menunjukkan bahwa apabila Israel berseru kepada TUHAN, maka Ia akan membuat hal-hal yang tidak dapat dicapai atau tidak dapat dilakukan oleh manusia. Hal ini memiliki tujuan agar bangsa Israel mengetahui bahwa TUHAN yang mereka sembah dapat melakukan hal-hal yang tidak dapat dijangkau oleh kekuatan manusia.
Firman Tuhan yang disampaikan kepada nabi Yeremia mengenai rumah-rumah di Yerusalem dan juga mengenai gedung-gedung istana raja Yehuda yang dirobohkan untuk dipakai terhadap tembok-tembok pengepungan dan pedang. Kehancuran yang dialami oleh rakyat Yehuda disebabkan karena penolakan mereka terhadap firman Tuhan dan tindakan-tindakan mereka melawan Yeremia yang meyampaikan ucapan ilahi kepada bangsa Yehuda. Beberapa ucapan ilahi yang disampaikan oleh Yeremia terhadap bangsa Yehuda antara lain karena Yehuda sudah  meninggalkan Tuhan dan menyembah berhala (2:5-3:5), selain itu sifat tegar tengkuk dan ketidakadilan (5:20-31) dan penggunaan bait suci dan korban persembahan yang tidak pada tempatnya (7:8-31). Nabi Yeremia menyerukan kepada bangsa Yehuda untuk berbalik kepada Tuhan (3:12-13) dan mengubah cara hidup mereka (7:3-7)[5]. Hal tersebutlah yang membuat Tuhan harus menghukum Yehuda dengan tujuan agar mereka berbalik lagi kepada iman kepercayaan mereka kepada Allah. Yeremia telah menubuatkan tentang pengepungan yang akan dialami oleh Yehuda, yang dilakukan oleh Babel, dimana Yehuda akan menjadi reruntuhan dan ketandusan, dan Yehuda akan menjadi hamba bagi Babel selama tujuh puluh tahun (Yer 25:11). Tetapi Allah tidak akan pernah lupa dengan perjanjian yang telah Ia buat dengan umat-Nya, sekalipun umat-Nya telah meninggalkanNya dan tidak mengindahkan utusanNya, tetapi hal tersebut tidak membuat Tuhan meninggalkan umatNya untuk selama-lamanya. Setelah melakukan penghukuman kepada umatNya karena tindakan-tindakan mereka seperti yang telah disebutkan di atas, maka Tuhan datang dengan membawa pembalasan kepada bangsa-bangsa lain yang telah mengusik umatNya. Nabi Yeremia menyampaikan firman Tuhan bahwa orang akan masuk ke dalam pertempuran untuk melawan orang Kasdim. Kasdim merupakan nama satu negara dan penduduknya di Babel; selatan. Di kemudian hari, dipakai untuk menunjuk Babel seutuhnya, khususnya pada zaman wangsa Babel terakhir (626-539 SM)[6]. Orang-orang Kasdim akan masuk ke Yerusalem, dan Yerusalem akan penuh dengan bangkai-bangkai manusia. Hal ini menunjukkan bahwa pertempuran antara orang-orang Yerusalem dengan orang-orang Kasdim akan menelan banyak korban jiwa. Kata al.m; (male) yang memiliki arti to be full, mengindikasikan bahwa pertempuran antara bangsa Yehuda dengan bangsa Kasdim akan menelan banyak korban jiwa. Bangkai-bangkai manusia yang dikatakan memenuhi kota Yerusalem kemungkinan adalah campuran, antara orang Yehuda maupun orang Kasdim, sebab hal ini merupakan salah satu penghukuman yang Allah berikan kepada Yehuda atas segala kejahatan yang telah mereka lakukan seperti yang telah disebutkan di atas. Banyaknya korban jiwa yang pada akhirnya menjadi bangkai-bangkai manusia yang memenuhi kota Yerusalem itu merupakan hasil dari pekerjaan Allah yang hendak menyatakan murka-Nya kepada bangsa Kasdim dan Yehuda. Dalam Yeremia 25:15-18, Yeremia menulislkan bahwa Allah memerintahkannya untuk memberikan anggur yang berisi kehangatan murka Allah, dan salah satunya harus diberikan kepada Yehuda dan Yerusalem. Hal ini menunjukkan bahwa cawan murka Allah juga akan ditimpakan kepada Yerusalem, sebab Yehuda telah menyakiti hati Tuhan dengan kejahatan mereka. Bahkan lebih lagi, nabi Yeremia menuliskan bahwa Allah sendiri yang menyembunyikan diriNya terhadap Yerusalem. Yerusalem disebut sebagai kota yang kudus, tetapi yang menjadi pertanyaan ialah mengapa Allah menyembunyikan diriNya terhadap kota yang kudus. Agaknya kejahatan dari Yehuda sudah sedemikian menyakiti hati Tuhan, sampai membuat Ia menyembunyikan diriNya kepada Yehuda. Dalam bahasa Ibrani, kata ‘menyembunyikan’ menggunakan kata yTir>T:Üs.hi (his’ttariti), kata ini ditulis dengan bentuk perfect, yang menunjukkan kegiatan yang telah selesai dilakukan[7]. Hal ini menunjukkan bahwa selama masa pembuangan ke Babel, Allah telah menyembunyikan diriNya terhadap bangsa Yehuda sebagai bentuk penghukumanNya kepada mereka, akibat kejahatan mereka sekalian.
            Memasuki ayat ke-enam, Yeremia mulai menyampaikan janji pemulihan yang diberikan Allah kepada Yehuda. Setelah Ia memberikan penghukuman kepada Yehuda, maka Allah memberikan pemulihan kepada Yehuda. Seperti telah dissebutkan di atas, bahwa Allah bukanlah Allah yang melupakan janjiNya sendiri, tetapi Ia tidak pernah lupa kepada janji yang telah Ia sampaikan kepada bangsa Israel. Oleh sebab itu, Ia kembali akan memberikan pengampunan kepada Yehuda, sekalipun Yehuda telah melakukan kejahatan kepadaNya. Yeremia menuliskan bahwa Allah akan mendatangkan kesehatan dan kesembuhan kepada bangsa Yehuda. Sebuah janji yang sangat luar biasa dan tidak dapat dicari oleh siapapun kini dinyatakan kepada Yehuda. Allah akan memberikan kesembuhan, kedamaian, keamanan, pemulihan, pembersihan, dan pengampunan. Hal ini senada dengan apa yang tertulis dalam Yeremia 30:17a, dimana dinyatakan bahwa :” Sebab Aku akan mendatangkan kesembuhan bagimu, Aku akan mengobati luka-lukamu, demikianlah firman TUHAN”. Sebuah damai yang sejati akan dinyatakan kepada Yehuda, dan bangsa Yehuda akan mengalami pemulihan nasib mereka. Aspek penting dari hari pemulihan tersebut ialah pembersihan atas segala kesalahan dan pengampunan dari segala dosa yang telah mereka lakukan kepada Allah[8]. Pemulihan yang hendak dilakukan oleh Allah kepada bangsa Yehuda tidak hanya terbatas pada pemulihan fisik saja, tetapi pemulihan itu juga terjadi pada fisik maupun kerohanian Yehuda. Artinya, hubungan antara Yehuda dengan Allah yang selama ini terputus akan kembali terjadi lagi. Allah yang selama ini telah menyembunyikan diri kepada Yehuda telah menyatakan diriNya kepada Yehuda, bahkan juga membawa pemulihan kepada bangsa Yehuda. Allah mengatakan bahwa, Ia akan menyingkapkan kesejahteraan kepada Yehuda. Dalam bahasa Ibrani, kata ‘menyingkapkan’ menggunakan kata hl'G" (gala), menurut BDB kata ini memiliki makna mempertunjukkan, membukakan[9]. Hal ini menunjukkan bahwa selama ini bangas Yehuda tidak mengalami kesejahteraan. Seakan-akan kesejahteraan tertutup bagi mereka, tetapi Allah telah datang dan akan membukakan kesejahteraan itu kepada mereka, dan mereka akan mengalami kesejahteraan yang datangnya dari Allah.
Allah menjanjikan akan memberikan keamanan yang berlimpah-limpah kepada bangsa Yehuda, hal ini menunjukkan bahwa Allah sendiri yang akan menjaga keamanan bangsa Yehuda. Tidak akan ada bangsa lain yang dapat mengusik keamanan Yehuda, sebab Allah yang melindungi mereka. Bangsa Yehuda tidak perlu lagi takut kepada bangsa-bangsa lain yang selama ini telah memperbudak mereka, sebab Allah yang akan memberikan keamanan kepada mereka. Ketika Allah berjanji akan memberikan kesehatan dan kesembuhan, hal ini mengindikasikan bahwa sebelumnya bangsa Yehuda mengalami penderitaan dan kesakitan. Penderitaan dan kesakitan yang mereka alami, bukan hanya pada fisik mereka, tetapi terlebih dari itu, mereka juga mengalami penderitaan kerohanian. Bagaimana tidak, pada ayat sebelumnya Allah menyatakan bahwa Ia sengaja untuk menyembunyikan diriNya terhadap Yehuda. Hal ini berarti secara kerohanian bangsa Yehuda mengalami penderitaan yang luar biasa, dimana mereka harus berjuang untuk mengalami penghukuman yang Tuhan berikan kepada mereka tanpa pertolongan dari Tuhan. Mereka mengalami seakan-akan Tuhan meninggalkan mereka dan tidak lagi peduli kepada mereka selama tujuh puluh tahun lamanya. Tetapi Allah datang untuk memulihkan keadaan Yehuda.
Kemudian, Allah juga menyatakan bahwa Ia akan memulihkan keadaan Israel. Pemulihan akan dialami oleh Yehuda dan Israel. Hal ini senada dengan apa yang tertulis di Yer 30:3, dan janji untuk membangun Israel dan Yehuda juga sama dengan yang tertulis di pasal 30:18 dan 31:4. Dalam bahasa Ibrani, kata ‘membangun’ menggunakan kata hn"B' ((bana), kata ini merupakan salah satu tugas yang diemban oleh Yeremia dalam panggilannya yang tertulis di Yeremia 1:10. Di ayat 4 dituliskan bahwa rumah-rumah telah dirobohkan, dan kata kerja ‘membangun’ merupakan jawaban dari keadaan yang dialami oleh Yehuda pada saat itu. Pembangunan kembali yang akan dilakukan oleh Allah ini bukanlah janji akan sebuah negara khayalan, tetapi pembangunan kembali negeri yang dahulu pernah ada, dan akan dibangun lagi sama seperti pertama kali ia dibangun[10]. Pembangunan kembali atau pemulihan kembali yang akan dilakukan Allah kepada bangsa Israel dan Yehuda tidak hanya terjadi pada bangunan fisik saja, tetapi juga kepada kerohanian mereka. Hal ini dinyatakan sendiri oleh Allah, dimana Ia menyatakan bahwa Ia akan mentahirkan mereka dan mengampuni mereka dari kesalahan mereka dengan memberontak kepada Allah. Dalam bahasa Ibrani, kata ‘mentahirkan’ ditulis dengan menggunakan kata rh'j' (tahar), menurut Strong kata ini memiliki makna menjadikan bersinar, menjadikan tidak terkontaminasi (dalam hal moral)[11]. Hal ini menunjukkan bahwa ketika Allah berjanji untuk memulihkan keadaan Israel dan Yehuda, maka Ia akan membuat moral bangsa Israel dan Yehuda tidak terpengaruh oleh bangsa lain dan moral yang akan dimiliki oleh Yehuda dan Israel akan bersinar.
Kemudian Allah menyatakan bahwa kota ini akan menjadi pokok kegirangan. Bila melihat dalam bahasa aslinya, maka kita tidak akan menemukan kata ‘kota’ disana, tetapi LAI menambahkan kata ‘kota’ untuk memperjelas janji pemulihan itu. Tetapi dalam Alkitab berbahasa Ibrani, menggunakan kata ht'y>h"åw>  (wehayeta), kata ini menggunakan waw konsekutif bentuk perfek orang ke-tiga feminim singular[12]. Hal ini menunjukkan bahwa bila diterjemahkan maka akan berbunyi “it”, bila melihat konteks ayat 9, maka sesungguhnya kata “it” itu mengacu pada Israel dan Yehuda. Jadi, ketika Allah hendak memulihkan kembali Israel dan Yehuda, maka hal tersebut akan membuat Israel dan Yehuda menjadi pokok kegirangan, dan kegirangan yang akan dialami oleh Israel dan Yehuda itu akan membuat segala bangsa di bumi mendengar kebajikan yang dilakukan oleh Allah kepada Israel dan Yehuda. Ini merupakan janji keselamatan yang diperbaharui untuk Yerusalem. Ada dua pemutarbalikkan keadaan yang terjadi dalam ayat ini, dimana bangsa-bangsa tidak akan lagi melihat Yerusalem sebagai sesuatu dianggap rendah dan dibenci, dan mereka akan memuji dan memuliakan Tuhan atas pemulihan ini, sebab Yerusalem berseru kepada nama Tuhan. Selanjutnya, ketika bangsa-bangsa terkagum-kagum dan gemetar ketakutan, hal ini disebabkan karena kebaikan dan kedamaian yang diberikan Tuhan kepada Yerusalem[13].
            Kemudian, nabi Yeremia melanjutkan firman Tuhan atas Yehuda dan Israel, bahwa di ‘tempat ini’ yang telah menjadi reruntuhan tanpa manusia dan hewan. Dalam bahasa Ibrani, kata ‘tempat’ menggunakan kata ~qom' (maqom), menurut BDB kata ini dapat diartikan kota[14]. Hal ini menunjukkan, bahwa ‘tempat’ yang dimaksudkan dalam ayat 10 adalah sebuah kota, yaitu Yerusalem; sebab dinyatakan bahwa ‘tempat’ itu telah menjadi reruntuhan (ayat 4), dan disana tidak ada manusia lagi (ayat 5). Allah menyatakan bahwa di Yerusalem yang telah menjadi reruntuhan dan tidak memiliki penduduk akan kembali terdengar kegirangan dan suara sukacita. Kota Yerusalem yang telah menjadi terpencil dan kota-kota Yehuda yang mengalami pembuangan akan kembali bergema dengan suara kegembiraan dan sukacita[15]. Allah berjanji untuk menghentikan kesunyian Yerusalem dengan nyanyian ucapan syukur dan kegembiraan. Hal tersebut akan membuat membuat saat yang khidmat untuk menikah dan untuk menyembah Tuhan. Pernikahan merupakan lambang pengharapan masa depan dan sebuah prasyarat untuk kelangsungan hidup umat Tuhan. Pujian yang dinaikkan merupakan kutipan dari pujian ucapan syukur yang terdapat di Mazmur 107 dan 136[16]. Melanjutkan janjiNya yang Ia berikan  kepada Israel dan Yehuda, Allah kemudian menyatakan bahwa disana, di daerah yang telah menjadi reruntuhan dan tak berpenduduk akan mengalami pemulihan bahwa disana akan ada lagi padang rumput bagi gembala-gembala yang akan membaringkan kambing domba di situ. Hal ini menunjukkan bahwa pemulihan juga akan terjadi pada alam Yehuda, dimana tanah yang telah menjadi reruntuhan itu akan kembali subur dan menjadi sebuah padang rumput dan menjadi tempat penggembalaan. Salah satu mata pencaharian orang-orang Israel pada waktu itu adalah ternak. Pemulihan yang dilakukan oleh Allah ini menunjukkan bahwa keadaan ekonomi bangsa Israel juga dipulihkan oleh Tuhan. Dan keadaan ini juga menunjukkan bahwa di daerah Israel dan Yehuda akan mengalami suasana damai, sehingga kambing dan domba dapat berbaring tanpa rasa ketakutan karena peperangan yang terjadi di Israel dan Yehuda. Allah menjelaskan bahwa keadaan tersebut akan terjadi di kota-kota yang berada di pegunungan, dalam bahasa Ibrani menggunakan kata rh; (har), dan juga akan dialami oleh kota-kota yang ada di daerah lembah, sebab dalam bahasa Ibrani kata ‘bukit’ yang terdapat dalam Alkitab terjemahan LAI menggunakan kata  hl'pev. i (syefela), yang artinya adalah lowland (tanah yang rendah, merujuk kepada lembah), sedangkan dalam bahasa Ibrani, kata ‘bukit’ menggunakan kata a;bgi (giv’a), hal ini membuat kata yang lebih tepat digunakan dalam ayat ini ialah ‘lembah’. Jadi, pemulihan yang dijanjikan oleh Allah akan dialami oleh kota-kota di pegunungan dan di lembah, artinya janji pemulihan itu akan dialami oleh semua daerah di Yehuda dan Israel. Kambing dan domba yang lewat di bawah tangan orang yang menghitungnya mengindikasikan bahwa setiap domba akan dihitung dengan seksama untuk memastikan tidak ada satupun domba yang hilang ketika mereka hendak kembali ke kandangnya[17].
Selanjutnya, Allah berfirman kepada Yehuda dan Israel bahwa saatnya akan datang, dimana Ia akan menepati janji yang telah Ia katakan kepada kaum Israel dan kaum Yehuda. Dalam ayat ini disediakan sebuah koleksi kecil tentang nubuatan tentang Mesias. Ada sebuah paralel dengan bagian  yang lain dalam kitab ini, dan fokus dari janji ini adalah kepada seluruh umat, yaitu Israel dan Yehuda. Allah akan memenuhi semua janjiNya yang telah ia katakan[18]. Dalam bahasa Ibrani, kata ‘janji’ menggunakan kata bAJêh; rb"åD"h;-ta, (et-hadavar hatov= the good word). Hal ini mengindikasikan bahwa janji yang diberikan oleh Allah kepada bangsa Israel dan Yehuda merupakan sebuah ucapan yang baik, dan akan membawa kesejahteraan bagi Israel dan Yehuda. Ayat ini merupakan pembukaan dari ayat 15 dan 16, dan bersifat sebagai pengulangan pernyataan dari janji Allah kepada Israel dan Yehuda seperti yang terdapat dalam Yer 23:5-6. Tetapi dalam pasal 23, tidak diketahui dengan jelas alamat pemberian janji itu, tetapi janji yang terdapat dalam Yer 33:14 memiliki tujuan yang jelas, yaitu kaum Israel dan kaum Yehuda[19]. Dalam bahasa Ibrani, kata ‘kaum’ menggunakan kata tyBe (bet), memang kata ini memiliki arti ‘rumah’, tetapi kata ini juga dapat memiliki makna yang lain, yaitu keluarga, atau kaum. Itulah sebabnya, dalam Alkitab TB LAI kata tyBe (bet), diartikan ‘kaum’ dan bukan ‘rumah’. Penggenapan janji (the good word) yang akan dikerjakan Allah kepada kaum Israel dan kaum Yehuda ini akan dikerjakan oleh Allah dengan menumbuhkan tunas keadlian bagi Daud. Bagian ini dilatarbelakangi oleh sajak di Yer 23:5-6, tetapi ada sedikit perbedaan tekanan disana, dimana dalam Yer 33:16 disini Yerusalem menggantikan posisi Israel di Yer 23:6, di Yer 33:16 kota Yerusalem akan disebut TUHAN Keadilan kita (23:6). Yang menjadi permasalahan penerjemahan ialah kata hq"+d"c. xm;c,ä (tsemat tsedaqa) bangkit kembali. Tradisi kuno menerjemahkannya dengan ‘tunas kebenaran’ atau ‘ cabang kebenaran’, tetapi ada beberapa usulan terjemahan lain yang berusaha untuk mengartikan kata tersebut, antara lain ‘keturunan yang sah’ atau ‘ peraturan yang sah’. Dia, dalam segala kasus akan menjadi Raja yang ideal, yang akan menjalankan dengan adil dan benar. Yehuda akan diselamatkan, dan Yerusalem akan ada di situasi yang aman, dan nama TUHAN adalah Keadilan kami akan diberikan kepada Yerusalem[20]. Pengalaman pribadi yang akan dialami langsung oleh Israel dan Yehuda bersama dengan Tuhan akan membuat mereka menyadari kekuatan yang dimiliki oleh Tuhan yang mereka sembah, sehingga mereka akan memanggilNya dengan sebutan TUHAN adalah keadilan kita.
‘Tunas yang sesungguhnya’ atau ‘cabang yang sesungguhnya’ dalam ayat ini menunjukkan keturunan yang akan melanjutkan dinasti Daud. Nubuatan Natan yang diberikan kepada Daud (II Sam 7:12-16) memiliki implikasi bahwa takhtanya tidak akan tergoyahkan selamanya. Hal ini menunjukkan secara sederhana bahwa janji yang diberikan Allah akan selalu mengarah untuk mencari pengganti Daud, di masa Yeremia ialah raja atas Yehuda. Tetapi pada faktanya, garis keturunan kerajaan Daud telah hancur karena masalah pemimpin yang religius dan ide tentang Mesias. Ini menjadi catatan bahwa yang dimaksudkan disini, bahwa raja yang dijanjikan akan duduk di singgasana atas Israel. Keturunan asli dinasti Daud adalah tepat apa yang dimaksudkan itu[21]. Melanjutkan janji pemulihan yang akan diberikan kepada keturunan dinasti Daud yang akan duduk di atas takhta Israel, maka Allah juga memberitahukan janji pemulihan yang akan terjadi  pada garis keturunan imam Lewi yang layak untuk melakukan pengorbanan bagi Tuhan. Kekurangan dari imam Lewi dan pengesahan imam adalah masalah kemurnian bahwa mereka sungguh-sungguh keturunan Lewi, seperti yang terdapat di Ezra 8:15. Ayat ini menggunakan terminologi seperti yang terdapat di kitab Ulangan, yaitu ~YIëwIl.h; ‘~ynIh]Kol;w> (welakihanim halewiyyim) seperti yang terdapat di Ul 18:1. Membakar seluruh korban bakaran dan memotong korban sembelihan merupakan tanggung jawab khusus yang dimiliki oleh para imam (Im 1; 3:16; 6, Ul 12:8-14; 18:1-5), dan tugas kedua yang harus dikerjakan oleh imam Lewi adalah membakar korban bakaran itu. Hal ini merupakan ekspresi yang tidak lazim untuk dikatakan[22]. Dalam bahasa Ibrani, kata ‘sepanjang masa’ menggunakan kata ~ymi(Y"h;-lK' (kal-hayyamayim), kata ini memiliki arti sepanjang hari yang mencakup pagi dan sore, Kemungkinan yang dimaksudkan disini ialah korban petang dan korban pagi yang setiap harinya dibakar dengan domba, minyak, dan zaitun seperti yang tertulis di Kel 29:38-46[23]. Hal ini menunjukkan bahwa Allah senantiasa ingin agar umatNya mengingat kepadaNya dengan memberikan korban bakaran kepadaNya. Sebab jika mereka setiap pagi dan petang memberikan korban bakaran kepada Allah, maka otomatis mereka akan mengingat kepada Allah mereka. Dan apabila mereka senantiasa mengingat kepada Allah, maka Ia akan senantiasa menjaga dan melindungi mereka dari musuh-musuh mereka. Bila kita flashback lagi pada ayat-ayat pertama dalam pasal ini, maka kita akan menemukan bahwa penghukuman yang terjadi atas bangsa Yehuda salah satunya disebabkan karena mereka telah melupakan Allah mereka. Oleh sebab itu, ketetapan yang diberikan oleh Allah kepada para imam Lewi untuk setiap hari membakar korban bakaran kepada Allah ialah dengan tujuan agar mereka senantiasa ingat akan Allah, sehingga mereka tidak lagi mengalami penghukuman seperti yang mereka alami ketika mereka dihukum dengan dibuang ke Babel selama tujuh puluh tahun.
Kemudian, firman Tuhan datang lagi kepada Yeremia, dalam firmannya kepada nabi Yeremia, dimana firman Tuhan itu menyatakan jika umat Yehuda mengingkari perjanjian  Allah dengan siang dan dengan malam, sehingga siang dan malam tidak lagi datang pada waktunya maka perjanjian Allah dengan Daud juga akan diingkari. Ayat 19-21 merupakan versi kedua dari perjanjian Allah dengan Daud dengan para imam Lewi. Dalam Bil 25:12-13, Tuhan memberikan sebuah perjanjian yang ‘abadi’ kepadanya, yaitu perjanjian keimaman selama-lamanya kepadanya dan keturunannya. Selain itu, perjanjian antara Allah dengan Daud juga disebut sebagai perjanjian yang ‘abadi’. Perjanjian antara Allah dengan Daud dan para keturunan Lewi itu tercermin di dalam ayat ini, dimana Allah menggambarkan perjanjiaannya yang kekal itu dengan pergerakan siang dan malam yang konstan, dimana siang dan malam senantiasa dilindungi oleh janji Allah (Kej 8:22). Daud dikenal dengan sebutan ‘hamba-Ku’, sebuah panggilan yang sangat sering dipakai di kitab Samuel, Raja-raja, dan Mazmur. Tetapi hal tersebut hanya ditemui di beberapa bagian di kitab Yeremia, seperti di Yer 33:21, 22, 26[24]. Dalam Alkitab terjemahan Good News Bible, ayat ke-20-21 ini diterjemahkan sebagai berikut :
“I have made a covenant with the day and with the night, so that they always come at their proper times; and that covenant can never be broken. In the same way I have made a covenant with my servant David that he would always have a descendant to be king, and I have made a covenant with the priests from the tribe of Levi that they would always serve me; and those covenants can never be broken.
Dalam Alkitab terjemahan GNB ini tidak disebutkan bahwa perjanjian antara Allah dengan Daud dengan kaum Lewi dapat diingkari, tetapi dalam Alkitab terjemahan New English Translation Bible ayat tersebut berbunyi :
“I, Lord, make the following promise:‘I have made a covenant with the day  and with the night that they will always come at their proper times. Only if you people could break that covenant, could my covenant with my servant David and my covenant with the Levites ever be broken”.
Dari perbandingan dua terjemahan Alkitab ini terlihat perbedaan yang cukup mencolok. Dimana satu terjemahan tidak menuliskan pengingkaran perjanjian, tetapi yang lain menuliskan adanya pengingkaran perjanjian antara Allah dengan umatNya. Tetapi apabila kita menengok ke Alkitab berbahasa Ibrani, maka kita akan melihat bahwa perjanjian antara Allah dengan Daud dan dengan kaum Lewi dapat diingkari, sebab dalam bahasa Ibrani terdapat kata ‘mengingkari’. Dalam bahasa Ibrani, kata ‘mengingkari’ menggunakan kata ‘Wrpe’T' (tafer’u), kata ini menggunakan bentuk imperfek, hal ini menunjukkan kegiatan yang belum selesai terjadi[25]. Hal ini menunjukkan bahwa kata ‘mengingkari’ yang disebutkan dalam ayat 20 merupakan sesuatu yang belum terjadi, atau dapat dikatakan bersifat sebagai suatu pengandaian. Allah mengantisipasi apabila sewaktu-waktu umat Israel dan Yehuda mengingkari perjanjian antara mereka dengan Allah. Hal ini dilakukan oleh Allah untuk memperingatkan umat Yehuda dan Israel agar mereka tidak mengingkari perjanjian yang telah dilakukan antara mereka dengan Allah, oleh sebab itu Allah memberikan beberapa hal yang akan terjadi apabila mereka mengingkari perjanjian antara mereka dengan Allah. Dan satu hal lain yang sangat penting untuk diingat ialah peringatan pengingkaran perjanjian ini merupakan sebuah peringatan yang Allah sampaikan kepada umat Yehuda dan Israel, hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan pihak yang selalu membatalkan perjanjian ialah dari pihak manusia, sebab Allah tidak pernah mengingkari perjanjian yang telah Ia lakukan dengan umatNya. Justru umatNya yang seringkali mengingkari perjanjian antara Allah dengan mereka. Selanjutnya, Allah juga memberikan janji kepada keturunan Daud dan keturunan Lewi, bahwa Ia akan membuat keturunan Daud dan orang-orang keturunan Lewi seperti tentara langit yang tak terhitung banyaknya dan seperti pasir pasir laut yang tak tertakar jumlahnya. Janji seperti demikian juga pernah diucapkan Allah kepada Bapa leluhur Israel, yaitu Abraham (Kej 13:16, 22:17). Kembali lagi, hal tersebut akan dapat terjadi hanya apabila umat Yehuda dan Israel tidak mengingkari perjanjian antara Allah dengan mereka.
            Selanjutnya, firman Tuhan datang lagi kepada Yeremia. Allah berfirman kepada Yeremia, apakah Yeremia tidak memperhatikan apa yang dikatakan orang-orang terhadap kedua kaum keluarga yang telah dipilih oleh Tuhan, bahwa mereka telah ditolak oleh Tuhan. Bila melihat ayat-ayat sebelumnya, maka kita akan mendapati bahwa kedua kaum keluarga yang telah dipilih Tuhan adalah keturunan Daud dan keturunan Lewi. Keruntuhan dinasti Daud yang tidak lagi memerintah atas bangsa Israel dan Yehuda, dan tugas para imam Lewi yang terbengkalai akibat pembuangan yang mereka alami di Babel selama tujuh puluh tahun membuat orang lain menganggap bahwa mereka telah ditolak dari hadapan Tuhan. Penghukuman yang diberikan oleh Tuhan kepada keturunan Daud dan keturunan Lewi membuat orang lain mengira bahwa Tuhan telah melupakan perjanjian dengan kaum yang dipilih langsung oleh Tuhan itu. Daud telah dipilih oleh Tuhan lewat perantaraan Samuel, di dalam I Sam 16:12-13 dinyatakan bahwa Allah memilih Daud untuk menjadi raja atas Israel, dan bagi keturunan Lewi, Allah memilih mereka untuk menjadi pelayan Allah selamanya di dalam Bil 3:12. Tetapi Allah mencoba untuk membela perkara umatNya yang disangka telah ditolak itu. Allah menyatakan kepada Yeremia bahwa apabila ia tidak membuat perjanjian dengan siang dan dengan malam, maka Ia juga pasti akan menolak keturunan Yakub dan Daud. Seperti telah disebutkan di atas, bahwa Allah memiliki perjanjian dengan siang dan dengan malam (Kej 8:22), hal ini menunjukkan bahwa Allah senantiasa mengingat perjanjian yang Ia lakukan. Sama halnya dengan perjanjian yang telah Ia buat dengan Daud, dimana Ia berjanji bahwa kejayaan Daud akan turun-temurun yang akan dilanjutkan oleh keturunannya (2 Sam 7:12). Allah memberikan pernyataan demikian kepada Yeremia dan orang-orang yang telah mengira bahwa keturunan Daud dan keturunan Lewi, supaya mereka sadar bahwa Allah tidak pernah melupakan perjanjian yang telah Ia lakukan. Oleh sebab itu, menutup pasal ini Allah berjanji kepada keturunan Daud bahwa Allah akan memulihkan keadaan mereka dan akan menyayangi mereka. Dalam bahasa Ibrani, kata ‘memulihkan’ menggunakan kata bWv (syuv), kata ini menggunakan bentuk imperfek, yang menunjukkan kegiatan yang belum selesai dikerjakan[26]. Hal ini menunjukkan bahwa pemulihan yang akan dikerjakan Allah kepada keturunan Daud merupakan sebuah janji yang pasti akan digenapi. Allah akan memulihkan keadaan keturunan Daud sebab Ia senantiasa memegang teguh perjanjian yang telah Ia buat dengan Daud dan keturunannya. Pemulihan yang akan Ia lakukan juga bertujuan agar orang-orang tidak lagi mengira bahwa keturunan Daud telah ditolak oleh Tuhan. Tetapi justru hal tersebut akan membuat orang lain akan melihat bahwa sesungguhnya Tuhan menyayangi keturunan Daud dan keturunan imam Lewi.

Tafsir pasal 34

            Pasal ini diawali dengan kalimat yang menerangkan pada waktu mana firman Tuhan datang kepada Yeremia. Di ayat ini dinyatakan bahwa firman Tuhan datang kepada Yeremia ketika Nebukadnezar berperang melawan Yerusalem dan segala kotanya. Panggilan Yeremia terjadi ketika Asyurbanipal yang adalah penguasa besar terakhir imperium Asyur wafat, yaitu pada tahun 627 SM. Peristiwa ini menyebabkan pendirian pemerintahan Babilonia yang merdeka pada tahun 626 SM. Babilonia bertumbuh menjadi kerajaan yang akhirnya menelan Yehuda dan Yerusalem[27]. Dalam pasal ini diterangkan bahwa yang pada waktu itu menyerang Yehuda dan Yerusalem adalah Nebukadnezar. Nebukadnezar merupakan anak dari pendiri wangsa Kasdim, Nabopolassar. Ia naik takhta kerajaan Babel pada 6 September 605 SM ketika ayahnya meninggal[28]. Ayat pembukaan dalam pasal ini menyatakan bahwa Yehuda dan Yerusalem diserang oleh Nebukadnezar dan segala tentaranya, dan segala kerajaan di bumi di bawah pemerintahan Nebukadnezar. Hal ini menunjukkan bahwa peristiwa yang dicatat di pasal 34 ini adalah ketika kerajaan Babel yang pada waktu itu dipimpin oleh Nebukadnezar telah menjadi kerajaan besar dan telah menguasai kerajaan-kerajaan lain yang telah berhasil mereka rebut. Ketika ia masih menjadi putra mahkota, Nebukadnezar telah menaklukan Nekho II dari Mesir di Karkemis dan Hamat (II Raja 23:29, II Taw 35:20, Yer 46:2), ia juga menaklukkan seluruh Hatti, yaitu Aram dan Palestina (II Raja 24:7). Pada awal pemerintahannya, Nebukadnezar menerima upeti di Siria dari raja-raja Damsyik, Tirus, Sidon, termasuk Yoyakim yang tetap setia selama tiga tahun (II Raja 24:1, Yer 25:1)[29]. Penyerangan yang dilakukan oleh Nebukadnezar yang dicatat dalam pasal ini terjadi ketika Zedekia menjabat sebagai raja atas Yehuda. Ia dinobatkan oleh Nebukadnezar ketika Yoyakhin, sepupunya diturunkan dari takhta dan dibawa ke Babel bersama dengan putra-putra terbaik kerajaan Yehuda. Baik Yeremia maupun Yehezkiel nampaknya memandang Yoyakhin sebagai yang terakhir raja Yehuda yang sah. Zedekia (namanya diubah menjadi mattanya oleh Nebukadnezar sebagai tanda raja bawahan). Zedekia memerintah rakyatnya yang secara moral merupakan sampah umat, yang dipersiapkan Tuhan untuk memikul murka-Nya yang seberat-beratnya (bnd Yer 24; 29:16-19; Yeh 11:14-21). Catatan resmi mengenai pemerintahannya (II raja 24:18-25:7; II Taw 36:10-21; Yer 39:1-10; 52:1-11) memusatkan perhatian pada pemberontakannya melawan Nebukadnezar, yang mengundang serbuan atas Yehuda dan pengepungan atas Yerusalem oleh orang Kasdim pada bulan desember 589 SM. Banyak penjelasan tambahan tentang watak Zedekia dan pemerintahannya dalam tulisan-tulisan sezaman karya Yeremia dan Yehezkiel. Agama yang bobrok dan kemerosotan moral yang sangat parah pada hari-hari terakhir kerajaan Yehuda dilukiskan secara mencolok (Yeh 8-11;22). Nampaknya sejak awal pemerintahannya Zedekia tidak sabar di bawah kuk Babel. Yeremia memperingatkan dia untuk tidak terlibat dalam koalisi negara-negara jiran untuk melawan sang adikuasa (Yer 27), mungkin kegiatan-kegiatan itu yang menyebabkan ia dicurigai dan mebuatnya harus mengunjungi Babel tahun 593 SM. Kelompok yang pro Mesir mempunyai pngaruh yang kuat di istana. Di bawah pengaruh itu Zedekia terang-terangan memberontak. Tindakan itu bukan hanya perbuatan bunuh diri dalam politik, tapi juga adalah pelanggaran mencolok terhadap sumpah setianya kepada Nebukadnezar, yang ia ikrarkan dalam nama Tuhan[30]. Seperti telah dijelaskan di atas bahwa masa penulisan surat ini ialah ketika bangsa Babel tengah menjadi kerajaan penguasa dan Yehuda tengah berada dalam keadaan yang memprihatinkan, yaitu masa terakhir sebelum mereka mengalami masa pembuangan ke Babel. Firman Tuhan memerintahkan kepada Yeremia untuk berbicara kepada Zedekia yang pada waktu itu menjabat sebagai raja terakhir Yehuda bahwa Tuhan akan menyerahkan Yerusalem ke tangan raja Babel supaya dihanguskan dengan api. Dalam bahasa Ibrani, kata ‘menyerahkan’ menggunakan kata !teønO (noten), hal ini menunjukkan bahwa jatuhnya Yehuda ke tangan Babel memang merupakan kehendak Allah dan atas seijin Allah. Diserahkannya Yehuda ke tangan Babel ialah karena penolakan yang mereka lakukan atas pemberitaan firman yang dilakukan oleh Yeremia kepada bangsa Yehuda. Tuduhan yang paling menonjol ialah bahwa umat itu sudah meninggalkan Tuhan dan penyembahan berhala (2:5-3:5). Ini merupakan pelanggaran tingkat pertama terhadap perjanjian Allah. Termasuk sikap tegar tengkuk dan ketidakadilan (5:20-31) dan penggunaan bait suci dan korban persembahan yang tidak pada tempatnya (7:8-31). Ucapan ilahi yang menyatakan hukuman lebih banyak dijumpai dalam kitab ini daripada ucapan-ucapan ilahi yang lain jenisnya. Ucapan-ucapan ilahi ini empunyai lingkup nasional dan kebanyakan bersifat politik, misalnya pembuangan, penghancuran, atua perampasan. Ada persamaan yang dekat antara berbagai hukuman ini dan kutuk yang tercatat di Ul 28:15-68 karena kegagalan mematuhi perjanjian (Yer 11:8). Ucapan ilahi yang berisi petunjuk dalam kitab ini kurang dari selusin. Kurangnya petunjuk dan ajaran ini adlah sesuatu yang khas, karena umat itu memiliki perjanjian Allah dan mengetahui apa yang diminta Allah dari mereka. Oleh karena itu seruan yang disampaikan kepada mereka adalah untuk kembali kepada Tuhan (3:12-13) dan untuk mengubah cara hidup mereka (7:3-7). Yeremia juga mencantumkan ajaran mengenai keunggulan Tuhan, dengan membandingkan Dia dengan berhala-berhala dari bangsa-bangsa lain (10:2-16), dan petunjuk-petunjuk mengenai hari Sabat (17:19-23)[31]. Kerusakan moral dan kerohanian membuat Allah murka kepada bangsa Yehuda. Allah sesungguhnya telah memberikan kesempatan kepada Yehuda untuk berbalik kepadaNya dengan menyampaikan firmanNya lewat para nabiNya, tetapi ucapan-ucapan ilahi itu tidak digubris mereka. Mereka lebih memilih untuk mengadakan persekutuan koalisi dengan bangsa-bangsa lain untuk melawan Babel yang pada waktu itu menjadi adikuasa. Hal ini membuat Tuhan murka dan memilih untuk memakai Babel untuk menghanguskan Yehuda dengan api. Dalam bahasa Ibrani, kata ‘api’ menggunakan kata vae (esy), menurut BDB kata ini dapat menunjukkan murka Tuhan[32]. Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan menunjukkan murkaNya kepada Yehuda, sebab mereka telah meninggalkan Tuhan dan mengabaikan nabiNya.
            Kemudian firman Tuhan menyatakan bahwa diserahkannya Yehuda ke tangan Nebukadnezar, Raja Babel juga akan dialami oleh Zedekia. Allah menyatakan bahwa Zedekia tidak akan luput dari penyerangan yang dilakukan oleh Nebukadnezar itu. dalam bahasa Ibrani, kata ‘luput’ menggunakan kata ‘jleM'ti (timalet), kata ini menggunakan bentuk imperfek yang menunjukkan kegiatan yang belum selesai terjadi[33]. Kata ini memiliki makna jalan keluar atau selamat[34]. Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan menubuatkan nasib Zedekia ketika Nebukadnezar tidak akan dapat menyelamatkan diri dan mendapatkan jalan keluar ketika Nebukadnezar menyerang dan menghanguskan Yehuda dan Yerusalem dengan api. Tetapi justru sebaliknya, Tuhan menyatakan bahwa Zedekia akan tertangkap dan diserahkan ke dalam tangan Nebukadnezar. Tuhan juga menyatakan bahwa ia akan melihat Nebukadnezar mata berhadapan dengan mata dan ia akan berbicara mulut berhadapan dengan mulut. Istilah seperti demikian hanya ditemukan sebanyak dua kali dalam Perjanjian Lama, yaitu ketika Musa berbicara dengan Tuhan ‘berhadap-hadapan’ (Bil 12:8) atau mengenal Tuhan berhadapan dengan muka (Ul 34:10), pengalaman yang menunjukkan keunikan statusnya dengan Tuhan. Sebagai raja, Zedekia memiliki hak istimewa untuk berhadapan dengan Nebukadnezar. Tetapi fungsi yang dijanjikan tersebut dalam keadaan ini telah berubah menjadi sebuah ancaman. Laporan pertemuan Zedekia dengan Nebukadnezar di Ribla (39:5-7) justru memberikan kepedihan karena pernyataan ini, yaitu bahwa Nebukadnezar membunuh anak-anak Zedekia di hadapannya dan mencungkil matanya sebelum membawanya ke Babel untuk dimasukkan ke dalam penjara[35]. Hak istimewa yang dimiliki oleh Zedekia sebagai raja atas Yehuda, bahkan yang diangkat sendiri oleh Nebukadnezar untuk dapat langsung berbicara dengan Nebukadnezar yang adalah Raja Babel ternyata membawa malapetaka kepada dirinya sendiri. Namun Tuhan berjanji kepada Zedekia, meskipun sebelumnya Ia menyatakan bahwa Zedekia akan dibawa ke Babel, tetapi Tuhan menjanjikan kepadanya bahwa ia tidak akan mati oleh pedang. Beberapa Alkitab terjemahan bahasa Inggris menafsirkan maksud dari pernyataan Tuhan ini ialah bahwa janji Tuhan yang menyatakan bahwa Zedekia tidak akan mati oleh pedang ialah bahwa Zedekia tidak akan mati di medan peperangan (GNB, CEV, GW). Hal ini menunjukkan bahwa sekalipun Babel menyerang dan berperang untuk menghanguskan Yehuda dan Yerusalem dengan api, tetapi Zedekia tidak akan mati ketika peperangan itu terjadi. Allah berjanji bahwa Zedekia akan mati dengan damai. Hal ini mungkin adalah persyaratan yang telah dikatakan oleh Yeremia (18:1-11). Kemenangan Nebukadnezar merupakan suatu hal yang pasti. Apabila Zedekia berserah pada mulanya, hidupnya akan aman terjaga (21:8-10). Kegagalan untuk berserah akan memastikan sebuah tragedi yang akan dialami baik itu oleh sang Raja  juga oleh seluruh rakyat dan kota. Yeremia melanjutkan desakannya kepada Zedekia untuk berserah kepada Babel (38:17-18)[36]. Hal tersebut terus diserukan oleh Yeremia agar nyawa Zedekia dapat selamat, juga seisi kota dan seluruh rakyat dapat diselamatkan.
Allah kemudian menjelaskan bagaimana Zedekia akan meninggal kelak, yaitu dengan penyalaan api seperti untuk menghormati bapa-bapa leluhur Zedekia. Penyalaan api yang disebutkan di sini adalah salah satu adat pemakaman yang diikuti secara rajin oleh orang Yehuda. oleh karena mereka masih dipengaruhi oleh rupa-rupa takhyul, maka adat-adat pemakaman itu makin diperbanyak jumlah dan maknanya[37]. Riwayat singkat tentang penguburan yang menghormati orang mati terdapat dalam II Taw 16:14. Barangkali rempah-rempah dibakar dengan api, dan ditempatkan juga di atas petiduran. Kalimat ‘untuk menghormati’ tidak ada dalam teks bahasa Ibrani, tetapi ditambah Alkitab LAI untuk menjelaskan secara benar tujuan api itu[38].
Firman Tuhan tersebut disampaikan oleh Yeremia kepada Zedekia yang adalah raja Yehuda di Yerusalem, yaitu ketika tentara raja Babel berperang melawan Yerusalem dan segala kota Yehuda yang masih tinggal, yaitu Lakhis dan Aseka, sebab kota-kota tersebut masih tinggal sebagai kota-kota berkubu. Lakhis merupakan satu kota berkubu yang penting di dataran rendah Yehuda, mengawal jalan utama yang menuju Yerusalem. Rehabeam membangun kembali Lakhis sebagai salah satu dari 15 pusat pertahanan, untuk melindungi Yehuda dari serangan bangsa Filistin atau Mesir. Pertahanan rangkapnya terdiri dari tembok keliling (tebalnya 6 m) di sekitar puncak dan tembok keliling lainnya 16 m di sebelah lereng bawah. Tembok benteng itu dibangun dengan bahan batu-batu besar yang dipahat persegi. Pada zaman Yoyakim, Lakhis dibangun kembali dengan ukuran besar, sehingga mengundang serangan pasukan Babel di bawah pimpinan Nebukadnezar II tahun 597 SM. Pintu gerbang dan benteng sebagian dihancurkan pada saat yang bersamaan dengan serangan terhadap Yerusalem. Tetapi baru pada pengepungan Yehuda tahun 589-587 SM seluruh kekuatan pasukan Babel diarahkan ke Lakhis[39]. Sedangkan Aseka adalah satu kota suku Yehuda yang terletak di dataran rendah yang dijadikan daerah pertanian sepanjang pantai barat, mungkin Tell ez-Zahariyeh modern. Pada zaman Rehabeam, Aseka adalah kota berkubu di perbatasan dan di kemudian hari merupakan satu dari beberapa tempat yang kuat yang melawan serangan orang Babel di bawah pimpinan Nebukadnezar[40]. Kedua kota ini menjadi pusat penyerangan tentara Babel di bawah pimpinan Nebukadnezar, sebab kedua kota ini adalah dua kota berkubu yang menjadi letak kekuatan terakhir yang dimiliki oleh Yehuda. Apabila mereka dapat menguasai Lakhis dan Aseka, maka Nebukadnezar akan menguasai Yerusalem dan Yehuda. Sebab seperti telah dijelaskan di atas bahwa Lakhis merupakan jalan masuk utama ke Yerusalem.
Selanjutnya, firman Tuhan datang lagi kepada Yeremia. Firman Tuhan itu datang setelah raja Zedekia mengikat perjanjian dengan segenap rakyat yang ada di Yerusalem untuk memaklumkan pembebasan. Gambaran ini menceritakan dimana pemimpin Israel membuat sebuah perjanjian dengan seluruh rakyatnya, dimana hal ini menunjukkan tanda dimulainya sebuah periode dari kedamaian dan periode pembuatan komitmen. Tujuan dari perjanjian yang dibuat oleh Zedekia ialah untuk membebaskan para budak Ibrani. Pembebasan seperti demikian dilakukan dan dituliskan di Imamat 25:10 untuk berbagai perubahan sosial di tahun Yobel, dimana terjadi pembebasan budak dan penghapusan hutang-hutang yang sengaja dibuat untuk memungkinkan orang-orang yang miskin untuk dapat kembali kepada keluarga mereka dan kepada tanah yang diwariskan kepada mereka. Sama halnya seperti tahun Yobel, Perjanjian Zedekia adalah suatu hal yang efektif untuk semua orang budak secara serempak, termasuk bagi budak yang belum genap bekerja selama enam tahun[41]. Selama masa pengepungan, Zedekia membuat sebuah perjanjian yang sungguh-sungguh dengan para bangsawan dan para rakyat yang terkepung di Yerusalem untuk membebaskan para budaknya yang adalah bangsa Ibrani[42]. Menurut Hukum Taurat (Ul 15:12), semua budak yang berasal dari bangsa Israel, harus dimerdekakan pada tiap tahun ke-7, yaitu pada tahun Sabat. Budak-budak yang berasal dari bangsa lain, tak termasuk dalam hukum tahun Sabat itu. sebelum Yerusalem dikepung oleh Babel, bangsa Yehuda melanggar perintah Allah perihal hukum tahun Sabat itu, sehingga hamba-hamba Yehuda tidak dibebaskan. Sekarang, dalam masa kesukaran, Zedekia menyuruh rakyat supaya kelalaian itu diperbaiki dengan segera[43]. Perjanjian yang dibuat oleh Zedekia itu diterima dengan baik oleh semua kaum ningrat dan rakyat Yehuda, maka para budak pun dibebaskan. Tetapi ini hanya merupakan kebebasan singkat yang akan dialami oleh para budak tersebut. Ketika pengepungan yang sebentar lagi akan terjadi, mereka menyediakan keputusan dan kekuatan orang laki-laki mereka untuk kembali ke perbudakan. Hal ini merupakan respon yang telah diprediksi oleh para rakyat yang diekspos oleh Yeremia. Seluruh kegiatan yang mereka lakukan, yaitu pengumuman emansipasi telah gagal. Krisis yang mereka alami telah memimpin mereka untuk masuk dalam pertobatan dan kerinduan untuk patuh kepada Taurat Tuhan dan untuk melakukan apa yang baik dan benar. Tetapi tidak ada pendirian yang tetap dan tidak ada pengembalian kepada kepuasan diri sendiri dan ketidakadilan terlihat jelas ketika keadaan krisis itu berlalu. Kita mungkin dapat memberikan penghargaan kepada Zedekia dengan tulus sejak ia memiliki kehendak untuk mendapatkan kebaikan hati dari Tuhan dengan kembali kepada perjanjian yang Ia buat. Di jalan tersebut, Yehuda akan menikmati berkat dari perjanjian yang mereka lakukan lagi itu, atau dapat dikatakan mereka mengalami pembebasan dari musuh-musuh mereka dan dari penjajahan Babel[44]. Zedekia menyadari bahwa krisis berkepanjangan yang mereka alami salah satu penyebabnya ialah karena mereka telah meninggalkan perjanjian yang telah dibuat oleh Allah kepada mereka untuk mereka lakukan. Hal inilah  yang membuat ia sadar, dan kembali melaksanakan Taurat yang Tuhan telah tetapkan kepada mereka untuk mereka lakukan dengan setia. Dalam bahasa Ibrani, kata ‘menyetujui’ menggunakan kata W[ßm.v.YIw:) (wayyisyemi’u), kata ini memiliki pengertian mendengarkan dengan sungguh-sungguh dan mengerti[45]. Hal ini menunjukkan bahwa pesan dan perintah yang diberikan oleh Zedekia didengarkan dengan sungguh-sungguh oleh selluruh rakyat Yehuda. Keadaan bangsa Yehuda yang pada saat itu tengah mengalami krisis juga membuat Zedekia sadar bahwa tidak etis apabila rakyat Yehuda yang miskin hidup di bawah penjajahan Babel sekaligus di bawah penjajahan tuan yang memiliki dirinya. untuk itulah ia memerintahkan kepada para ningrat Yehuda untuk membebaskan budak mereka yang adalah orang Ibrani. Hukum ini hanya berlaku bagi budak Yehuda, budak-budak yang berasal dari luar Yehuda tidak mengalami hukum tersebut.
Kemudian, ayat sebelas menceritakan sebuah peristiwa yang sangat mengagetkan, yaitu bahwa setelah itu para ningrat berubah pikiran. Pernyataan ‘setelah itu’ bukan mengacu pada waktu yang bersamaan. Banyak penafsir menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan ‘setelah itu’ merujuk pada pengepungan kota Yerusalem diputuskan secara sementara, karena tentara Babel harus berperang melawan tentara Mesir (ayat 21-22; 37:5)[46]. Kelegaan yang mereka rasakan ketika para tentara Babel tengah menyerang Mesir membuat para ningrat bangsa Yehuda menjadi lupa lagi akan perjanjian yang telah mereka setujui bersama dengan Zedekia. Keadaan yang kembali nyaaman dan aman membuat mereka menarik kembali perjanjian yang telah mereka buat dengan Zedekia itu. Dalam bahasa Ibrani, kata ‘menaklukkan’ menggunakan kata ~WvyBik.Y:w:  (wayyakibisyum), kata ini memiliki pengertian menguasai, menundukkan[47]. Hal ini menunjukkan bahwa ketika tentara Babel sedang tidak mengepung Yerusalem, para ningrat Yehuda menggunakan kesempatan itu untuk kembali dapat menguasai budak-budak yang beberapa waktu lalu sempat mereka lepaskan karena perjanjian tahun Sabat yang kembali dilakukan oleh Zedekia itu.
            Melihat hal tersebut, maka Tuhan bereaksi dan berfirman kepada Yeremia, Ia menyatakan bahwa Ia sendiri telah mengikat perjanjian dengan nenek moyang bangsa Israel ketika Allah membawa mereka keluar dari tanah Mesir, yang adalah tempat perbudakan. Isi perjanjian yang dimakduskan oleh Allah ialah apa yang tertulis dalam Kelaran 21:2. Tetapi yang Tuhan sesalkan ialah bahwa para nenek moyang bangsa Israel tidak mendengarkan perjanjian yang dibuat antara Tuhan dengan bangsa Israel itu. Tetapi Allah bersukacita, sebab hari ini, bangsa Yehuda lewat raja Zedekia kembali bertobat dengan kembali pada perjanjian yang Tuhan buat itu, yaitu tentang pembebasan budak Ibrani pada tahun Sabat. Tetapi ternyata pertobatan itu hanyalah berlangsung selama beberapa waktu saja, ketika Babel tengan sibuk berperang melawan Mesir, para ningrat bangsa Yehuda kembali mengambil para budak yang sebelumnya telah mereka lepaskan, dan menundukkan mereka di bawah perbudakan yang tadinya telah mereka lepaskan dari budak bangsa Ibrani itu. Hal itu membuat Allah mengambil tindakan untuk menyerahkan bangsa Yehuda kepada pedang, penyakit sampar, dan kelaparan. Karena kedurhakaan bangsa Yehuda dalam pembebasan bagi para budak mereka, Allah juga memproklamirkan sebuah ‘pembebasan’ bagi mereka. Mereka akan dibebaskan dari ketidakpatuhan dan pengkhianatan mereka, dan kemudain diserahkan kepada pedang, penyakit sampar, dan kelaparan[48]. Dan hal tersebut akan membuat semua kerajaan di bumi menjadi ngeri melihat apa yang akan terjadi pada bangsa Yehuda. Dalam bahasa Ibrani, kata ‘kengerian’ ditulis dengan kata h['w"z>, (zewa’a), kata ini memiliki arti gemetar[49]. Hal ini menunjukkan, bahwa hukuman yang akan dialami oleh banga Yehuda akan dilihat oleh kerajaan-kerajaan lain yang ada di muka bumi, dan hal tersebut akan membuat mereka gemetar ketakutan karena melihat hukuman yang Allah berikan kepada Yehuda karena mereka telah mengkhianati perjanjian yang telah dibuat antara Allah dengan Israel itu. Hukuman yang akan Allah berikan itu akan terjadi dan dialami oleh seluruh lapisan penduduk Yehuda, yaitu para ningrat Yehuda, para ningrat Yerusalem, para pegawai istana, imam, dan seluruh rakyat, juga Zedekia yang adalah raja Yehuda.











DAFTAR PUSTAKA


Bible Works

E-Sword, the Sword of the LORD with an electronic edge

Keown, Gerald L. Word Biblical Commentary Jeremiah 26-52. Nashville : Thomas Nelson Publishers, 1995

Marx, Dorothy. Penjelasan Singkat Tentang Kitab Yeremia. Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1977

Paterson, Robert M. Tafsiran Alkitab Kitab Yeremia. Jakarta : BPK Gunung Mulia, Cet-2, 1985

Thompson, J.A. The International Commentary On The Old Testament. Michigan : William B Eerdmans Publishing Company, Cet-2, 1985

Unger, Merrill F. Unger’s Commentary On The Old Testament Vol II : Isaiah -  Malachi. Chicago : Moddy Press, 1978


[1] S. Wismoady Wahono,  Di sini kutemukan, (Jakarta : BPK Gunung Mulia), 171
[2] D.L. Baker, Pengantar Bahasa Ibrani, (Jakarta : BPK Gunung Mulia), 102
[3] Ibid, hal 137
[4] Ibid, hal 102
[5] Andrew E. Hill & John H. Walton, Survei Perjanjian Lama, (Malang : Gandum Mas), 541
[6] D.J Weiseman, chronicles of Chaldaean Kings, dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Vol.I, 524
[7] D.L. Baker, Pengantar Bahasa Ibrani, (Jakarta : BPK Gunung Mulia), 78
[8] J.A Thompson, The New International Commentary On The Old Testament, (Michigan : William B Eerdmans Publishing Company), 599
[9] E-Sword, BDB H1540
[10] Gerald L Keown, Word Biblical Commentary Jeremiah 26-52, (Nashville : Thomas Nelson Publishers), 171-172
[11] E-Sword, Strong H2891
[12] Bible Works LWTM Morphology, B2393
[13] Gerald L Keown, Word Biblical Commentary Jeremiah 26-52, (Nashville : Thomas Nelson Publishers), 172
[14] E-Sword, BDB H 4725
[15] Merrill F Unger, Unger’s Commentary On The Old Testament, (Chicago : Moody Press), 1978, 1428
[16] Gerald L Keown, Word Biblical Commentary Jeremiah 26-52, (Nashville : Thomas Nelson Publishers),172
[17] NET Bible Commentary
[18] J.A Thompson, The New International Commentary On The Old Testament, (Michigan : William B Eerdmans Publishing Company),600-601
[19] Gerald L Keown, Word Biblical Commentary Jeremiah 26-52, (Nashville : Thomas Nelson Publishers),173
[20] J.A Thompson, The New International Commentary On The Old Testament, (Michigan : William B Eerdmans Publishing Company),601

[22] Gerald L Keown, Word Biblical Commentary Jeremiah 26-52, (Nashville : Thomas Nelson Publishers),174
[23] Ibid,174
[24] Ibid, 174
[25] D.L. Baker, Pengantar Bahasa Ibrani, (Jakarta : BPK Gunung Mulia), 102
[26] D.L. Baker, Pengantar Bahasa Ibrani, (Jakarta : BPK Gunung Mulia), 102
[27] Andrew E. Hill & John H. Walton, Survei Perjanjian Lama, (Malang : Gandum Mas),539
[28] D.J Wiseman, Chronicles of Chaldean Kings, dalam Ensiklopedia Masa Kini, (Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih), 146
[29] Ibid, 146
[30] D.W Thomas, Documents of Old Testament Times, dalam Ensiklopedia Masa Kini, (Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih), 649
[31] Andrew E. Hill & John H. Walton, Survei Perjanjian Lama, (Malang : Gandum Mas), 541-542
[32] E-Sword, BDB H784
[33] D.L. Baker, Pengantar Bahasa Ibrani, (Jakarta : BPK Gunung Mulia), 102
[34] Bible Works, LWTM Morphology B5455
[35] Gerald L Keown, Word Biblical Commentary Jeremiah 26-52, (Nashville : Thomas Nelson Publishers), 180
[36] J.A Thompson, The New International Commentary On The Old Testament, (Michigan : William B Eerdmans Publishing Company), 607
[37] Dorothy Marx, Penjelasan Singkat Tentang Kitab Yeremia, (Jakarta : BPK Gunung Mulia), 88
[38] Robert M Paterson, Tafsiran Alkitab Kitab Yeremia, (Jakarta : BPK Gunung Mulia), 317
[39] I.H Torczyner, The Lachish Letters, dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Vol I, (Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih), 629-630
[40] R. J Way, Documents of Old Testament Times, dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, (Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih), 115
[41] Gerald L Keown, Word Biblical Commentary Jeremiah 26-52, (Nashville : Thomas Nelson Publishers), 188
[42]J.A Thompson, The New International Commentary On The Old Testament, (Michigan : William B Eerdmans Publishing Company) , 610
[43]Dorothy Marx, Penjelasan Singkat Tentang Kitab Yeremia, (Jakarta : BPK Gunung Mulia) , 89
[44] Op Cit, 611
[45] E-Sword, Strong H8085
[46] Robert M Paterson, Tafsiran Alkitab Kitab Yeremia, (Jakarta : BPK Gunung Mulia), 318
[47] E-Sword, Strong H3533
[48] J.A Thompson, The New International Commentary On The Old Testament, (Michigan : William B Eerdmans Publishing Company) , 612
[49] Bible Works LWTM Morphology,B2597

Tidak ada komentar:

Posting Komentar